MLA 2 : [Bagian 33]

27.6K 1.5K 59
                                    


***

Semenjak Rafa memutuskan untuk berhenti kuliah, Ricky juga semakin jarang datang ke kampus. Ia lebih sering melakukan beberapa pekerjaan di markas, bersama Arnold.

Sebenarnya Ia sendiri sudah muak selalu melihat tampang Arnold setiap saat. Namun bagaimana lagi, melihat wanita lain pun tak ada di sini.

"Hei, Arnold." Panggil Ricky.

"Ada apa?"

"Aku ingin bertanya,"

"Bertanyalah." Arnold tetap tak mengalihkan pandangannya dari layar di depan, seolah itu lebih penting daripada ucapan Pria di sampingnya.

"Apa kau benar-benar setia bekerja di sini? Apa alasannya?"

"Apa maksudmu?"

"Aku yakin kau tidak sebodoh itu untuk mengartikan ucapanku."

"Karena itu memang sudah menjadi tugasku."

"Aku menginginkan jawaban pribadi dalam dirimu."

"Sudah tau itu jawaban pribadi, kenapa masih bertanya?"

Ricky menarik napasnya dalam, berusaha tidak terpancing emosi setiap berbicara dengan makhluk ini.

"Maksudku alasan yang kau miliki dari dirimu sendiri, terlepas dari hal itu yang memang sudah menjadi tugasmu."

"Tidak ada, aku hanya mengingat ucapan ayahku dulu saat Ia masih hidup."

"Apa yang dia katakan?"

Arnold mengerutkan dahi menatap Ricky, "Kau ini banyak sekali bertanya. Pantas saja Tuan Rafa tak menyukaimu."

"Hei aku juga tidak sudi jika Rafa menyukaiku, Aku ini Pria normal."

Tidak ada jawaban dari Arnold, membuat Ricky kembali bersuara, "Kau belum menjawab pertanyaanku, Apa yang dikatakan ayahmu?"

Arnold menghela nafas sebelum menjawab, "Ia hanya mengatakan padaku, kalau aku sudah memutuskan untuk bekerja dengan seseorang, maka lakukan tugasku sebaik mungkin dan jangan pernah sekalipun mengkhianati Tuanku."

Kini bergantian Ricky yang mengerutkan dahinya, "Kau memang sudah ditakdirkan ayahmu untuk menjadi kacung?"

"Sialan, Kau itu harusnya membeli kaca yang besar untuk melihat siapa yang lebih pantas disebut kacung di antara kita!" Arnold melempar sebuah botol minum ke arah Ricky dan tepat mengenai perut Pria itu. Huh harusnya mengenai kepalanya saja sekalian.

Ricky merengut tak suka, "Kau sendiri yang mengatakan bahwa kau tidak boleh mengkhianati Tuanmu, itu berarti pekerjaanmu sudah ditakdirkan menjadi kacung! Kenapa malah mengataiku?!"

"Sudahlah, bicara denganmu memang tak bisa pakai otak." Arnold memilih untuk mengalah dan kembali fokus.

"Tunggu, belum selesai! jawabanku benar kan? tidak ada yang salah dari perkataanku." Entah kenapa Ricky merasa kesal saat Arnold secara tidak langsung menyebutnya kacung, meskipun kini dirinya merasakan tugas tersebut.

My Little Alina 2 | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang