MLA 2 : [Bagian 40]

28.8K 1.4K 22
                                    


Seketika mobil di depan Rafa sedikit oleng karena tembakan Rafa tepat mengenai ban belakangnya. Mendapatkan sedikit kesempatan, Rafa menancapkan gas mobilnya lalu memepet pada mobil hitam itu hingga akhirnya Rafa berhasil mendahului dan menghentikannya.

Rafa meraih dua buah pistol yang di genggam masing-masing tangannya. Rafa melirik sebentar pada mobil belakang, namun sial mobil itu memiliki kaca hitam pekat hingga Rafa takut nanti tembakannya salah sasaran mengenai Alina.

Perlahan, Rafa keluar dari mobil memancing pergerakan orang di sana. Satu tembakan berhasil Rafa loloskan menembus kaca seseorang di balik kemudi.

Masih tak ada perlawanan yang datang, Rafa memberanikan diri menembak sisi samping pengemudi. Ia mulai panik sekarang, Rafa takut terjadi sesuatu di dalam sana pada Alina.

Akhirnya, Rafa sedikit mengendap mendekati pintu pengemudi dengan senjata yang Ia todongkan. Ia membuka paksa pintu yang tak terkunci itu dan melihat dua orang tergeletak di depan. Rafa sedikit heran, kenapa mudah sekali mati tertembak padahal mereka dapat menghindar?

Rafa tak memikirkan itu semua, Ia mengintip ke arah belakang dan melihat Alina yang terguling dengan tangan terikat dan mulut yang di lakban.

Brengsek! Wanitanya itu sedang hamil sialan!

Rafa beralih pada pintu belakang dan menggendong Alina keluar dari mobil sialan itu. Rafa berjalan menuju mobilnya dan meletakkan Alina hati-hati di sana, kemudian melepaskan tali yang mengikat di tubuhnya.

Alina pingsan.

Rafa menggeram marah lalu kembali pada mobil tadi. Ia mencari sesuatu di sana, identitas dan petunjuk yang bisa Ia gunakan. Namun nihil, tak ada apapun yang Ia temukan kecuali jam tangan yang dipakai sang pengemudi.

Alis Rafa menyatu, tak lama kemudian Ia mengumpat dan berlari sekencang mungkin menuju mobilnya. Tanpa basa-basi, Rafa menancapkan gas mobilnya menjauh dari sana.

Hanya beberapa hitungan detik, mobil tersebut meledak menghancurkan isinya dan apapun yang berada di sekitarnya. Ya, jam tangan itu bukan jam tangan biasa.

Itu adalah sebuah bom bunuh diri yang bisa diaktifkan oleh pemiliknya. Sialan, siapa sebenarnya yang mengendalikan mereka?!

Sementara di lain tempat, Pria itu terkekeh melihat adegan barusan. Ia akui Rafa cukup lambat dalam mengikuti permainannya. Oh ayolah, bahkan dirinya sudah mempermudah Rafa dengan langsung membunuh anak buahnya di tempat tanpa harus menyusahkan Rafa melawannya.

Ya, Pria itu memasangkan sebuah alat di tubuh anak buahnya yang bisa langsung menghentikan jantung mereka jika Ia aktifkan. Itu semua Ia lakukan agar nanti jika anak buahnya tertangkap, mereka tak membeberkan satupun informasi pada lawannya.

Dan anak buahnya bukan mati karena tembakan Rafa, melainkan karena dirinya sendiri yang langsung membunuh mereka.

Pria itu tetap fokus menatap layar tersebut, hanya menampilkan titik merah bergerak pertanda orang itu sedang dalam perjalanan. Bukan lagi layar yang mempertontonkan aksi seperti tadi karena itu hanya terlihat dari cctv yang terpasang di mobil.

Dengan tak sabar pria itu menunggu, senyumnya semakin lebar saat Rafa melewati jalan yang berbeda. Seperti dugaannya.

"Ya terus, jalan terus..." Seringainya.

Pria itu terus memantau hingga titik merah itu tak bergerak lagi. Sepertinya mereka sudah sampai.

"Akhirnya..." Pria itu tertawa puas, Ya itu markas Black Eagle. Rencananya berhasil. Tujuannya menculik Alina hanya karena ingin mengetahui letak markas sialan itu.

My Little Alina 2 | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang