MLA 2 : [Bagian 46]

31K 1.4K 50
                                    


Rafa terbangun saat ponselnya terus berdering ingin segera di angkat. Tangannya meraba meja di samping, lalu meraih sesuatu di sana. Ia menggeser tombol hijau dan menempelkan benda tersebut di telinganya.

"Ya.. halo?" Jawab Rafa kembali terpejam.

"Kau baru bangun?! Ini sudah jam berapa Rafa?!" Suara seorang wanita menyambut pagi Rafa hari ini. Pagi? rasanya ini sudah tak bisa disebut pagi setelah mendengar omelan di sebrang sana.

"Tidak tahu, memangnya jam berapa?"

"Astaga! Mentang-mentang bekerja dari rumah, Kau jadi malas bangun pagi."

"Tidak perlu membahas itu, Katakan saja apa yang ingin Mama bicarakan."

Nia berhenti mengomel, Ia menjadi gugup sekarang.

"Oh ya... soal itu..."

"Apa?"

"Dia.. benar ayahmu."

"Lalu? setelah berhari-hari terlewatkan, Mama baru memberi kabar?" Oh tentu saja Mamanya sedang sibuk melepas rindu dengan Papanya. Sial, Rafa masih canggung menyebut pria itu sebagai Papanya.

"Maaf Mama lupa memberitahumu. Mama terlalu senang papamu kembali. Dan.. Besok Mama akan membuat acara keluarga untuk menyambut kembali kedatangan Papa."

"Rafa akan datang bersama Alina."

Nia tersenyum di sebrang sana, Itu artinya Rafa menerima keberadaan Adrian. Sungguh, Nia sangat takut jika Rafa membenci ayahnya karena kejadian masa lalu. Masa di mana ayahnya rela meninggalkannya agar Rafa tetap aman.

"Syukurlah, Mama akan tunggu kedatangan kalian."

Rafa mengangguk meskipun Nia tak bisa melihatnya, "Kalau begitu Rafa tutup telponnya, Rafa masih mengantuk." Dalam sekali tekan, sambungan itu terputus. Rafa yakin Nia akan kembali mengomel kalau Ia tak mematikannya tadi.

Rafa menghela napas dalam, Papanya kembali. Ia sekarang memiliki orang tua kandung yang lengkap. Mamanya juga tak sendirian lagi, sudah ada yang menjaganya setiap saat sekarang.

Mendengar nada bicara Nia tadi, Rafa sadar ada rasa senang yang terbesit di dalamnya. Mamanya memang orang yang baik, meskipun Adrian sudah meninggalkannya dulu, Ia masih menerimanya dengan terbuka.

Pergerakkan di samping tubuhnya membuat Rafa tersadar dan membuka mata, Alina sedang tertidur sembari memeluknya erat. Senyum kecil terbit di wajahnya.

Ia berbalik menghadap Alina lalu balas memeluknya tak kalah erat. Wanita ini... Ia benar benar mencintainya...

Tak ada yang boleh mengambil Alina darinya. Siapapun itu.

***

Alina mendengarkan ucapan Rafa dengan wajah melongo. Apa yang barusan dikatakan pria itu? Papanya kembali? Apa Ia tak salah dengar?

Saat ini mereka sedang makan sore karena keduanya baru bangun dan Alina baru saja mendapat kabar yang mengejutkan.

"Papa kakak kembali? Apa maksudnya itu? Bukannya..."

"Papa Adrian ternyata belum meninggal, Alina. Ceritanya panjang." Sial, Rafa benar-benar geli menyebut 'Papa Adrian'.

Alina masih menampilkan wajah bingung, antara percaya dan tidak. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Sedangkan makam nya saja jelas ada.

My Little Alina 2 | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang