***Alina segera membereskan bukunya ketika waktu sudah menunjukkan saat nya makan siang. Ia melirik sejenak temannya yang duduk di samping, tampak lemas seolah tak memiliki energi.
"Kau tidak apa-apa? Kulihat dari tadi kau tampak tak bersemangat." Tanya Alina pada Tasya. Temannya itu hanya menggeleng lemah, namun tangannya aktif merapikan bukunya sama seperti Alina.
"Jangan katakan kalau kau tidak bersemangat karena dosen yang mengajar hari ini bukan Mr. Darren?" Tebak Alina lagi-lagi hanya mendapatkan gelengan dari Tasya, seperti hanya itu yang dapat Ia lakukan saat ini.
"Lalu kenapa dengan denganmu hari ini?" Alina menatap penuh pada Tasya seolah ini adalah pembicaraan yang serius. Respon Tasya tetap sama, Ia hanya menggeleng lemas membuat Alina geram.
Alina mendengus, "Baiklah kalau kau tidak ingin bicara, jangan salahkan aku jika nanti suatu saat aku tidak ingin bicara denganmu." Setelah memastikan tasnya tertutup rapat, Alina hendak bangkit meninggalkan Tasya. Percuma saja berbicara dengan patung, hal itu hanya akan membuat dirinya semakin merasa jengkel.
"Tunggu." Panggil Tasya menghentikan gerakannya. Alina menoleh dan menatap malas pada Tasya, "Kenapa?"
Raut wajah Tasya berubah menjadi sedih seperti ingin menangis lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja dan menghadap Alina. "Ah Alina, rasanya aku ingin mati saja." Rengeknya membuat Alina bingung.
"Kau ini kenapa?"
"Kau benar-benar tidak tau atau pura-pura tidak tau?" Tanya Tasya balik, Alina mengernyitkan dahi, memangnya apa yang tidak diketahuinya?
Melihat wajah bingung Alina, Tasya yakin jika wanita itu memang tidak tau apa yang terjadi. Tapi bagaimana bisa?
"Ceritakan padaku apa yang terjadi." Kata Alina kembali menghadap lurus pada Tasya.
"Memangnya kau tidak lihat kejadian tadi pagi? Kurasa mataku belum sepenuhnya rusak hanya untuk memastikan kehadiranmu di kelas." Kata Tasya. Alina masih belum mengerti, apa maksudnya ucapan Tasya?
Tasya menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku datang terlalu pagi hari ini, lalu saat masuk ke kelas aku tidak melihat kehadiranmu. Jadi kupikir kau pasti belum datang."
"Akhirnya kuputuskan untuk menunggumu di depan. Saat aku sedang menunggumu, seorang pria datang menghampiriku dan mengajakku berkenalan." Alina masih setia mendengarkan cerita Tasya yang sama sekali belum dimengerti olehnya.
"Dan kau tau? Tiba-tiba saja Ricky datang menghajar pria itu tepat di depan wajahku Alina. Di depan wajahku!" Terlihat raut kesal dari Tasya saat mengatakan itu. Ia tak habis pikir membayangkan kejadian menakutkan itu terjadi tepat di hadapannya.
"Lalu?" Tanya Alina membuat Tasya menatapnya tak percaya.
"Lalu?! Kau hanya bertanya lalu?!" Tasya bangun dan menggelengkan kepalanya.
"Kau benar-benar tidak melihat kejadian itu tadi pagi? Kurasa disana benar-benar ramai, apalagi itu terjadi di dekat gerbang masuk Alina. Mustahil jika kau tidak melihatnya."
Alina tampak berpikir sejenak. Tak lama kemudian Ia melototkan matanya terkejut, "Jadi yang membuat keributan pagi tadi itu kau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Alina 2 | COMPLETED
Romance[Mature Content 21+] "Berani mengganggu istriku, itu berarti kau sudah siap kehilangan nyawamu." -Rafa Alterrio *** Ketika keduanya resmi menjadi sepasang suami istri, saat itulah kehidupan baru mereka dimulai. Menikah muda, memiliki rumah tangga ya...