Bab 15 Bertentangan

8 4 0
                                    

Akhirnya sayap itu sepenuhnya memeluk Arsa. Membalut tubuhnya dengan kehangatan dan kenyamanan. Tidak ada jarak lagi. Arsa hanyut dalam lembutnya sayap sang malaikat. Panas diwajah Arsa membuat ia merasa oksigen yang ia hirup semakin menipis. Harum baju sang malaikat, lelah yang baru saja Arsa rasakan dan semua rasa nyaman ini, membuat Arsa pening dan akhirnya ia tidak bisa lagi menjaga hatinya. Tanpa Arsa ketahui, ia meneteskan air mata. Ia menangis dalam dekapan seseorang untuk pertama kalinya. Tanpa suara isak tangis yang mengiringi, air mata terus mengalir membasahi pakaian yang malaikat itu kenakan.

Arsa, akhirnya kau menangis. Hehee, ternyata cowo juga bisa nangis yaa, batin Leo. Yang tidak keberatan bajunya basah air mata.

Tunggu sebentar, aku… apa aku menangis? aku? hah!?

Arsa yang akhirnya sadar dirinya sedang menangis, segera mendorong sang malaikat menjauh. Ia berbalik membelakangi orang yang ia peluk tadi dan segera menghapus air mata yang membasahi wajahnya. Leo yang didorong tiba-tiba hampir terjatuh kebelakang, namun sayapnya langsung membantu untuk menyeimbangkan badannya agar tidak terjatuh.

“Halo Arsa, akhirnya aku bisa meminjam waktumu sebentar,” ucap Leo. Menghilangkan canggung yang sempat ia rasakan karena memikirkan malaikat yang memiliki sayap hampir saja terjatuh.

Setelah merasa wajahnya membaik, Arsa kembali bertatapan dengan mahluk yang ia anggap malaikat itu.
“Ini dimana?”

“Ini adalah tempat yang aku buat untuk sementara ketika kita bertemu, Arsa.”

“Bertemu untuk apa?”

“Aku Leo, malaikat pemberi berkah. Aku diutus untuk memberikan sesuatu padamu”.
Leo berjalan sambil menghilangkan sayapnya, sayap ini bisa dihilangkan sesuai kebutuhan agar memudahkan para malaikat ketika sedang menjalankan tugasnya.

Jadi benar dia itu malaikat ya, tapi namanya biasa saja, Leo. Aku harus panggil dia apa? Mas Leo? Bang Leo? atau Om Leo? Pft, kalau om kesannya jadi aneh... Tertunduk diam, hanyut dalam pikirannya, Arsa tidak menyadari jika Leo sekarang sudah berada tepat di depan wajahnya.

“Panggil aku Leo saja, ga usah pake yang lain-lain, nama malaikat dibuat simpel biar gampang dipanggil. Saran untukmu Arsa, jangan tiba-tiba diam ketika diajak bicara ya.”

Sadar sumber suara sangat dekat dengannya, Arsa kembali menatap kedepan. Wajahnya dan Leo sangat dekat. Mata kuning cerah, bulu mata lentik, alis yang rapih, hidung mancung dan bibir merah kecilnya terlihat mencolok karena wajahnya yang pucat.

Lagi-lagi Arsa dikejutkan oleh tingkah laku malaikat ini. Ia mundur tiba-tiba, menjauhi Leo. Arsa merasa ia harus hati-hati dengan mahluk didepannya ini.

“Tidak usah terkejut Arsa. Tadi kamu yang duluan diem tiba-tiba loh. Mikir yang aneh-aneh ya?”

“Apa? engga, apaan sih. Aku pangil Leo ya.”

“Iya, tadikan udah diomongin. Oh iya, kalau kita lagi ngobrol, santai aja ya bahasanya.”

“Oh oke. Jadi apa yang akan kau berikan padaku?”

GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang