Jalanan familiar mereka lalui bersama-sama lagi. Mengendarai mobil kini terasa sangat menyenangkan. Mungkin karena Zohar anak tunggal, ia selalu mendambakan seorang adik. Entah itu perempuan atau laki-laki. Tapi orang tuanya tidak kunjung memberinya adik, akhirnya entah sejak kapan, Zohar selalu menjadikan Arsa, Farhan dan Hira sebagai adik-adiknya. Zohar selalu mengganggap Hira cocok jadi anak bungsu, dia akan dilindungi kaka-kaka laki-lakinya. Itu yang selalu Zohar lakukan. Ia selalu menyayangi mereka semua, sepenuhnya.
Karena itulah, momen ini seperti ia mendapatkan kembali adiknya, ia sangat senang bisa bersama lagi dengan adiknya. Adik keduanya, Arsa. Farhan selalu menjadi adik ketiga, dan Hira adik keempat. Zohar tidak pernah mengungkapkannya, ia selalu menunjukkannya melalui perlakuannya pada mereka. Mereka sudah seperti saudara, persahabatan yang sudah sangat erat.
Arsa hanya bisa pasrah, melihat teman disampingnya terus tersenyum menatap jalanan. Sangat terlihat jelas, senyum tulus bahagia terpancar dari wajahnya. Arsa sangat ingin mendapatkan kembali memorinya, ia akan melakukan apapun untuk bisa merasakan perasaan yang teman-temannya rasakan. Ia juga ingin bisa bahagia bersama mereka, sahabat masa kecilnya.
Iringan mobil itu akhirnya sampai di depan gerbang rumah Arsa. Pa Ujang yang melihat mobil Arsa, segera membuka gerbang. Seperti biasa, Arsa mengucapkan terima kasih pada Pa Ujang lewat kaca mobil yang Zohar buka. Pa Ujang merasa senang, entah kapan terakhir kali ia bisa melihat Arsa tersenyum. Ia hanya berharap, kali ini Arsa bisa terus tersenyum tulus bahagia. Ia salah satu petugas keamanan senior disini, Pa Ujang sudah ada disini sejak Arsa belum lahir. Ia selalu melihat Arsa dan ayahnya berangkat sekolah, Arsa selalu tersenyum padanya. Sedih juga setelah Arsa kecelakaan dan pulang ke rumah, Pa Ujang tidak pernah melihat Arsa tersenyum lagi.
Arsa yang melihat wajah bahagia Pa Ujang, hanya bisa berpikir, apakah senyumannya adalah kabar bahagia?
Segera memarkirkan mobil Arsa, Zohar langsung keluar mobil dan membantu Arsa membuka pintu mobilnya.
“Okey kita sampai, hehe” kata Zohar sambil membukakan pintu.
“Em, makasih ya” Arsa membalas perkataan Zohar.
“Yep, oh ya Arsa, kau nanti mau ngapain dulu?”
“Aku ngikut kalian aja, aku ga kebayang mau ngapain”
“Okey okeey, mari main lagii yeey”
Arsa yang melihat Zohar kegirangan, hanya membuatnya semakin penasaran, seberapa menyenangkannyakah, masa kecilnya
Mobil Zohar terparkir di sebrang mobil Arsa. Farhan dan Hira segera menuju Zohar dan Arsa.
“Eh, kita mau ngapain dulu nih?” Hira bertanya ketika mereka semua berjalan menuju pintu masuk rumah Arsa
“Main game yu, kan ada ps di rumah Arsa. Masih adakah Arsa?” tanya Farhan
‘Hahaa, kalian benar-benar teman dekat ku’ pikir Arsa sambil tersenyum. “Iya masih ada, tapi di gudang, soalnya aku jarang mainin itu.”
“Wah, pasti berdebu.” timpal Zohar
“Hahaa, kau benar. Pasti berdebu” jawab Arsa seadanya. Ia masih ragu, apakah ini benar, semua hal ini terasa tidak benar, ia tidak tau apa yang benar, ingatannya masih kosong, ini mengerikan. Ia semakin merasa asing dengan dirinya sendiri. Ia tidak tau lagi, sangat menakutkan ketika kau bertemu dengan orang yang tau segalanya tentang mu, tapi tidak dengan dirimu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift
RandomSayap putihnya itu mulai bergerak kedepan, menuju tubuh Arsa. Membuat tubuh mereka berdua semakin dekat. Sayap itu terus menghilangkan jarak yang ada. Arsa yang dipeluk dengan sayap lembut itu menerima dekapan hangat darinya. Lambat laun tangan Arsa...