Bab 24 Jalani Saja

4 3 0
                                    

Arsa masih merara hambar dengan keadaan ini. Tidak ada sedikitpun sambutan hatinya akan kondisi baru ini. Mereka sangat mengganggap Arsa sebagai teman biasa. Bukan untuk hubungan simbiosis yang biasanya Arsa rasakan. Satu sisi pikiran logisnya terus menerus menetapkan dan menguatkan akalnya untuk akhir yang terburuk. Bayangan mereka bertiga meninggalkannya terulang dan terus datang setiap kali Arsa merasa tenang dan bisa bersandar pada mereka. Hatinya selalu berdetak lebih kencang ketika angan-angan prasangka buruk itu bermain di otaknya. Sisi lain ketika Arsa merasa linglung dengan isi kepalanya, ia selalu melihat Zohar, Hira dan Farhan menatapnya teduh, menghilangkan kegersangan hati Arsa. Menyejukan benak Arsa dari hiruk pikuk rasionalistas otaknya sendiri. Tidak peduli berapa kali Arsa hilang hanyut dalam renungannya, mereka bertiga selalu ada, selalu ikut terdiam menunggu Arsa kembali. Kembali bersama Zohar, Hira dan Farhan, berbalik pergi meninggalkan sisi gelap pikirannya.

Tertunduk menatap langkah kakinya sendiri, Arsa baru saja keluar lagi dari benak gelapnya dan kembali lagi menyadari keadaan sekitarnya saat ini. Zohar yang berjalan di sampingnya dari tadi sempat berpikir Arsa sakit lagi.

“Arsa, you okay?” Zohar memberanikan bertanya dengan kalimat yang ia rasa paling pendek.

“Wah, Zohar. You speak English?” Arsa tersentak mendengar seseorang berbahasa Inggris di depannya. Biasanya hanya dosen atau sesekali orang tua Arsa yang pernah ia dengar berbicara bahasa Inggris.

“Heheee lagi pula ini kan Arsa, kita semua di sini sudah seperti saudara. Jadi aku berani ngomong Inggris…” belum selesai Zohar berbincang dengan Arsa, Farhan datang dari belakang dan memotong ucapan Zohar. Hira datang setelahnya, nampak menyusul langkah Farhan.

“Apaan sih! Segitu doing nih?” ucap Farhan sambil terus berjalan lebih depan, membelakangi mereka bertiga. Hira yang sudah biasa dengan sikap Farhan yang agak narsis, hanya mengikuti irama langkah kaki Arsa dan Zohar lalu berjalan bersama.

“Hah… Narsis lagi nih.” Ucap Hira dengan helaan napas panjang.

“Wahahahaha… Serius, kalian bertiga tidak pernah berhenti membuatku tersenyum!” ucap Arsa merasa sosok Farhan yang ini menggelitik perutnya.

“Maaf aja. Bahasa Inggrisku ini mahal. Ga bisa didenger sembarang orang.” Timpa Zohar sambil menopang lehernya dengan kedua tangannya.

“Mulai lagi…” lontar Hira menanggapi.

“Kapan kapan aku pengen ngomong Inggris bareng kalian.” ucap Arsa merasa tertantang. Sejak dulu Arsa ingin berbincang dengan seseorang memakai bahasa yang sedikit ia kuasai.

“Tuh! Arsa aja berani. Masa sih Zohar, yang katanya abang kita semua, cuman bisa segitu?” lanjut Farhan memanasi Zohar.

“Eh! Siapa juga yang abangnya kalian!” wajah Zohar terasa panas. Ia tidak pernah mengungkapkan ini.

“Dah lah Bang. Dasar pelupa!” Farhan masih menimpali ucapan Zohar sambil berlari menuju tangga lantai dua.

“Hey! Farhan! Tunggu!” Zohar akhirnya ikut berlari mengejar Farhan.

“Hati-hati, Zohar! Farhan!” Arsa yang tidak tertarik untuk berlari hanya bisa berteriak memperingati mereka berdua.

“Arsa, sana lari hahaa” ucap Hira. Ia ingin melihat Arsa berlarian seperti anak kecil lagi.

“Pft, engga ah. Cape liatnya juga.” Arsa menjawab sambil tertawa kecil, masih melihat Zohar dan Farhan berlari.

Hira hanya bisa terus berjalan mengikuti langkah Arsa. Baginya walau hanya saling diam dan berjalan bersama seperti ini adalah keajaiban.

GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang