Akhirnya Arsa setuju dengan ide teman-temannya untuk melakukan semua hal yang mereka lakukan sewaktu kecil. Zohar yang tidak sabar melakukan semuanya dengan Arsa memutuskan dengan cepat rencana itu dimulai sepulang kuliah hari ini. Setelah semuanya setuju, mereka masing-masing mengabari orang tuanya. Ini hanya formalitas saja, sebenarnya tidak pulang pun orang tua mereka tidak akan tau, mereka senasib dengan Arsa, orang tua mereka jarang pulang ke rumah.
Mereka berkumpul di tempat parkir kendaraan. Zohar selalu membawa mobilnya. Tapi hari ini Zohar seperti waktu itu, menyerahkan mobilnya pada Farhan dan Hira. Ia ingin satu mobil lagi dengan Arsa. Farhan dan Hira tidak keberatan dengan ini, karena sepertinya sejak mereka dilarang bertemu Arsa, Zoharlah yang paling marah dan khawatir tentang Arsa. Farhan dan Hira yang mengerti larangan itu hanya bisa mencegah Zohar dan selalu memberikannya pengertian. Bahaya juga jika Arsa mengingat kembali semua ingatannya waktu itu. Mungkin Arsa tidak akan bisa seperti sekarang. Jika ingatan kelam datang lebih dulu, Arsa yang masih kecil itu mungkin akan lebih menderita lagi. Entah ada apa waktu itu, setiap usaha Zohar untuk bertemu Arsa selalu gagal.
Zohar sedari tadi tersenyum menatap jalanan. Arsa yang duduk di sampingnya merasa senyum sepanjang jalan itu berlebihan.
“Zohar, kau baik-baik saja?”
Menatap Arsa sekilas, ia masih fokus berkendara sambil menjawab,
“Aku? Aku baik-baik saja Arsa. Ada apa?”“Em, itu.. dari tadi kau tersenyum terus loh...”
“Oh, hahahahaa iya sih aku terlalu senang, bisa semobil lagi denganmu, Arsa.
“Hanya semobil denganku bisa membuatmu senang, bagaimana jadinya ya kalau aku tidak melupakan kalian dan masih bersahabat dengan kalian semua…”
“Itu pasti akan sangat indah. Tidak akan ada hari kami khawatir tentangmu.”
Arsa yang tadi mengatakannya dengan pelan lalu mendapati jawaban Zohar seperti itu, merasa terkejut. Ia tidak mengharapkan jawaban, ia hanya berandai.
“Tapi itu tidak akan pernah ada lagi loh, kita baru memulai lagi.” ucap Arsa.
“Yah, kau benar. Jadi, kami tunggu kau untuk kembali lagi bersama kami, Arsa.”
Arsa hanya bisa tersenyum. Kembali menatap ke depan, memandang jalanan yang lenggang.
Di mobil Zohar, Farhan dan Hira dengan penasaran memikirkan bagaimana Zohar dan Arsa di sana.
“Mereka pasti sedang asyik mengobrol, kan Hira?”
Hira yang sedang bengong tersentak mendapati Farhan bertanya. Ia segera menjawab,
“Ah, mungkin sekarang Zohar sedang mengatakan betapa bahagianya dia bisa bersama Arsa lagi.”“Kau tadi melamun ya Hira, ada apa emangnya? bukannya ini adalah hal yang baik, kita bisa bersama lagi dan sepertinya Arsa baik-baik saja dengan kita.”
“Sepertinya. Ini semua adalah hal yang tampak diluar, kau bisa lihat sendirikan Far, Arsa sering berpikir berlebihan sendiri. Tadi pagi saja aku melihat sepertinya ia punya pemikiran yang ia pendam sendiri.”
“Emm, bener juga sih, aku tadi melihat Arsa lebih sering berpikir sendiri, tadi saja raut wajahnya bisa berubah-ubah gitu. Hah, Arsa...”
Mereka berdua menatap mobil di depannya. Itu adalah mobil Arsa dan Zohar di dalamnya. Melaju di depan memimpin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift
RandomSayap putihnya itu mulai bergerak kedepan, menuju tubuh Arsa. Membuat tubuh mereka berdua semakin dekat. Sayap itu terus menghilangkan jarak yang ada. Arsa yang dipeluk dengan sayap lembut itu menerima dekapan hangat darinya. Lambat laun tangan Arsa...