Rak-rak buku di ruangan ini tertata rapih. Semua buku tersimpan pada tempatnya. Dari tinggi buku sampai genre semuanya tersusun sempurna. Meja tempat membaca buku pun selalu rapih, tidak ada buku yang berserakan meski Arsa banyak membaca buku. Semua buku yang sudah selesai Arsa baca selalu ia simpan lagi pada tempatnya.
Ditemani lampu meja, Arsa membuka lembar demi lembar buku yang ia baca. Karena Arsa tidak menyalakan semua lampu yang ada diruangan ini, jadi keadaan ruang membaca yang seperti perpustakaan ini sedikit gelap.
Rasanya sekarang sudah lebih baik daripada tadi. Arsa sudah fokus dan tidak memikirkan hal lain selain membaca. Duduk di kursi dan membaca di meja ini membuat Arsa tenang, ia merasa tempat ini adalah kedamaian baginya. Ia tak harus mengikuti perintah siapa pun. Arsa bisa menjadi dirinya sendiri di sini.
Arsa juga suka mendengarkan musik ketika membaca. Hanya musik instrumental yang ia dengar. Tanpa lirik lagu, hanya alunan musik. Memakai headphone yang terhubung dengan smartphonenya, semakin membuat ia tenggelam dengan dunianya saat ini.
Heningnya malam sudah hilang. Bagi Arsa sekarang yang terdengar hanya lantunan instrumen musik yang ia sukai. Tak terasa dua buku sudah selesai ia baca. Arsa berdiri dari duduknya, merenggangkan badannya yang sedari tadi terduduk. Sekarang Arsa akan mencari buku ketiga yang akan ia baca. Semua buku yang tersimpan di rak-rak ruangan ini sudah Arsa baca. Karena sejak ia bangun dari komanya, membaca buku adalah hal pertama yang ia pikirkan.
Hanya rak-rak buku fiksi yang belum Arsa baca. Selama ini Arsa lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku non fiksi. Buku fiksi dari dulu tidak pernah menarik perhatian Arsa. Sekarang semua buku non fiksi sudah ia baca, jadi Arsa tak punya pilihan selain beralih membaca buku fiksi.
Terletak disudut ruangan, rak buku fiksi sangat jarang ia kunjungi. Tapi entah kenapa, ketika Arsa berjongkok untuk mencari judul buku yang menarik, ada rasa takut yang ia rasakan. Sontak Arsa langsung lompat kebelakang, jatuh menabrak rak yang ada di belakangnya.
Duh.. Apa itu tadi? kenapa aku takut? sebenarnya aku kenapa sih?
Arsa kembali duduk dan terdiam di mejanya, memasang kembali headphonenya lalu bersandar di kursi, memikirkan lagi apa yang ia lupakan.
Hingga ia tenggelam diheningnya malam
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift
RandomSayap putihnya itu mulai bergerak kedepan, menuju tubuh Arsa. Membuat tubuh mereka berdua semakin dekat. Sayap itu terus menghilangkan jarak yang ada. Arsa yang dipeluk dengan sayap lembut itu menerima dekapan hangat darinya. Lambat laun tangan Arsa...