Arsa bangun ketika mendengar alarmnya berbunyi. Untunglah alarm selalu ia aktifkan di smartphonenya. Jadi seberapa kacau pun Arsa, ia akan selalu bangun pagi. Bagi Arsa tidur hanya akan membuatnya melihat hal-hal aneh lainnya. Sebelum mimpi seorang bocah itu muncul, Arsa memimpikan seorang malaikat muncul dengan sayap yang indah berbicara padanya. Tapi Arsa hanya bisa mendengar sang malaikat berkata 'maukah kau', tiap kali bermimpi hal ini, Arsa selalu terbangun oleh alarmnya dan tidak bisa mendengar ucapan lengkap sang malaikat.
Arsa pun pernah melihat ia bermain dengan 3 orang anak kecil. Mungkin ketika Arsa SD. Karena Arsa begitu pendek saat ia melihatnya dimimpi.
Mimpi ku lumayan indah ternyata. Tapi rasanya aku tidak terlalu banyak membaca buku fiksi.
Karena sibuk memikirkan tentang mimpi, ia sampai tidak sadar, ada selimut yang menutupi tubuhnya. Arsa baru sadar ketika ia berdiri dan ada selimut yang jatuh menyentuh kakinya.
Apa ini selimutku? oh iya ini selimutku. Tapi kenapa ada disini ya? apa Ayah melihatku tidur disini lagi? Hm, terima kasih Ayah.
Arsa selalu terlalu banyak berpikir, ia selalu lambat bertindak. Baru jika ada perintah yang jelas ia akan langsung menyelesaikannya. Itulah kenapa ia selalu menjadi yang terbaik di kampusnya.
Berjalan keluar dari ruang bacanya, Arsa melihat sekali lagi rak buku fiksi yang sempat membuatnya takut. Keadaan masih remang-remang, cahaya matahari belum terlihat disini. Arsa menutup matanya lagi, berharap dengan begini ia bisa menjernihkan pikiran.
Rumahnya akan selalu rapih dan bersih berkat para pengurus rumah. Tapi ini tak membuat Arsa membiarkan kamarnya berantakan. Ia selalu membersihkan dan merapihkan kamarnya sendiri. Arsa tidak ingin ada orang lain masuk ke dalam ruang pribadinya. Bahkan orang tuanya pun harus meminta izin dulu sebelum masuk.
Kasur sudah rapih, begitu juga tempat-tempat lain di kamar Arsa. Kini ia bergegas mandi dan bersiap turun ke bawah.
"Itu telurnya angkat aja, udah mateng. Oh iya jangan lupa siapkan susu buat semuannya ya."
"Iya siap, sebentar."
"Langsung simpan aja di piring."
"Oke."
"Hmm menu sarapan yang sehat ya."
"Iya, sangat sehat..."
"Ada apa? keliatan banget kamu ada yang mau ditanyain."
"Emm, gimana ya, itu loh rumor tentang anaknya tuan dan nyonya. Katanya dia sangat sombong dan tidak ramah ya? Aku sedikit takut bagaimana kalau nanti ketemu terus aku ga tau harus bersikap kaya gimana."
"Darimana kamu dengar rumor itu? Sebernarnya dia tidak seperti itu. Memang kepribadiannya seperti itu sejak lahir. Jangan terlalu percaya rumor yang belum pasti kebenarannya. Kamu bisa terus bertanya tentang apapun padaku. Disini aku yang paling lama bekerja dengan tuan dan nyonya. Aku tahu tuan dan nyonya dari awal mereka membeli rumah ini. Aku juga tahu, dulu anaknya tuan dan nyonya tidak seperti ini. Sejak kecelakaan yang Tuan Arsa alami waktu kecil, ia jadi seperti ini."
"Oh begitu ternyata, aku harus lebih banyak bertanya padamu. Aku lupa kamu yang paling senior di sini. Terima kasih ya. Aku baru 2 bulan di sini sih. Jadi bagaimana kamu bersikap pada Tuan Arsa selama ini?."
"Bersikap normal saja dan tetap sopan. Jangan terlalu ambil pusing tentang itu. Kita hanya harus selalu sopan."
"Emm, betul juga. Aku harusnya tidak termakan gosip semudah itu."
"Iya, tanyakan dulu padaku. Pasti ku jawab kok."
"Iya, makasih ya."
"Eh, kelamaan ngobrol nih, ayo bawa sarapannya ke meja makan."
"Oh iya okee."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift
RandomSayap putihnya itu mulai bergerak kedepan, menuju tubuh Arsa. Membuat tubuh mereka berdua semakin dekat. Sayap itu terus menghilangkan jarak yang ada. Arsa yang dipeluk dengan sayap lembut itu menerima dekapan hangat darinya. Lambat laun tangan Arsa...