31. Perihal 'Rumah' dan 'Bahagia'

175 32 80
                                    

________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________

"Seperti, seorang pencuri yang selalu bersembunyi. Keluarga sendiri-pun yang terasa dekat, pasti akan selalu ada anggotanya, yang sering menyembunyikan ceritanya sendiri."

-Adara Farhana.
_______________

Hari demi hari begitu cepat berlalu. Sudah seminggu lebih Dara rawat inap di rumah sakit. Menjalankan proses pemulihan di tubuhnya sebab kecelakaan hari itu.

Siang ini, Dara terdiam menatap layar ponselnya yang sedikit redup. Bibirnya sedikit tertarik ke arah bawah melihat ruang chatnya dengan Bundanya.

Dara:
Bunda, masih sibuk?
Bunda kapan temuin Dara?
(read)

Dara menatap sendu pesannya dengan Bunda kemarin. Hanya di baca.

Hampir setiap hari, Dara mengirimi pesan kepada Bundanya. Meminta Bunda untuk menemuinya. Dan hampir setiap hari juga, pesannya hanya sebatas di baca. Tidak ada jawaban.

Dara menghela nafasnya berat. Hari ini, ia berusaha kembali untuk mengirimi pesan ke Bundanya lagi. Berharap Bundanya bisa datang, walau hanya sebentar.

Dara:
Bunda, hari ini temuin Dara ya?
Dara butuh Bunda.
(send to Bunda❤)
14.00 PM

Setelah selesai mengirim pesan. Tangan Dara langsung bergerak, menaruh kembali ponselnya ke atas meja.

Matanya beralih menatap lurus ke depan. Menatap tembok putih itu dengan tatapan kosong.

Ia tak bisa prediksikan, apa Bundanya akan menjawab atau tidak. Namun, setidaknya ia sudah berusaha. Mungkin, jika Bundanya tidak menjawab. Artinya Bunda memang sudah tidak peduli dengannya.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuat pandangan Dara langsung teralih ke arah pintu.

Saat pintu terbuka terlihat kepala seseorang menyembul dari sela-sela pintu yang terbuka.

"DARAAA!!" panggil Arsel yamg hanya menyembulkan kepalanya dari sela pintu yang terbuka.

"Ck, Berisik kodok!" cibir Dara dengan nada ketus.

Arsel hanya cengengesan dan menyengir menampilkan sederet giginya.

"Halo, Mak kecebong!!! Gimana kabarnya?" tanya Arsel seraya berjalan menghampiri brangkar Dara.

"Hm, udah baikan," jawab Dara singkat.

"Nih, gua bawain mie ayam," ucap Arsel memberikan Dara kantong plastik putih yang sedari tadi ia bawa.

SELDARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang