"Kita perlu bicara, Ra."
"Bicara apa lagi, Ja?" tanya Dara mengerutkan kedua alisnya.
"Nggak bisa di sini, Ra," terang Raja pelan-pelan.
Dara memutar bola matanya, malas.
"Kenapa nggak bisa? Mau di manapun itu sama aja, Ja." Dara menolak mentah-mentah ajakan Raja.
Raja menghela nafas panjang, "Ra, Raja cuma mau kasih tau Dara sesuatu. Tapi bukan di sini."
"Ya, kenapa nggak? Dara mau di sini aja. Kenapa Raja jadi maksa, sih?!" ketus Dara menatap Raja, kesal.
"Bukan gitu maksud Raja-"
"Ra!" panggil seseorang, membuat Dara menoleh ke arah asal suara.
Mata Dara langsung menangkap sosok Arsel yang sudah berdiri menunggunya di samping deretan motor yang terparkir. Dari kejauhan laki-laki itu terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya.
"Please, Ra. Sebentar aja," mohon Raja seraya menarik tangan Dara pelan.
Dara yang terkejut dengan sikap Raja. Dengan spontan langsung menampik tangan Raja dengan kasar. Sampai tangan Raja kembali turun dan menjauh darinya.
"Apaan sih, Ja!? Arsel udah nungguin Dara dari tadi. Memang apa yang mau di omongin? Jangan buang-buang waktu!" sarkas Dara menatap Raja dingin.
Raja terdiam sejenak. Ia sangat terkejut dengan sikap Dara yang berubah 180° dari biasanya.
"Kok Dara jadi gini sih!?" tanya Raja mulai menaikan nada bicaranya.
Dara berdecak, "ya memang Dara gimana biasanya?! Dara memang kayak gini kok. Enggak ada yang beda!"
"Udahlah cepetan! Dara mau pulang! Arsel udah nungguin dari tadi, ja!" timpal Dara semakin mendesak Raja.
Raja menggeleng, tak percaya. Lalu, detik berikutnya ia terkekeh sebentar dan tersenyum miris.
"Raja pikir Dara ingat. Ternyata enggak, ya?" tanya Raja menatap perempuan di depannya dengan dingin.
Dara langsung terdiam membeku, menutup mulutnya rapat. Terkejut dengan tatapan Raja yang begitu dingin seperti akan menusuk hatinya.
Detik berikutnya, Raja menampilkan senyum miringnya dan langsung menyodorkan kotak putih yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya.
"Ambil. Raja cuma mau kasih itu," ucap Raja datar. Sembari menyodorkan kotak putih itu ke depan Dara.
Dengan ragu Dara mulai mengambil kotak itu dari tangan Raja dan kembali melirik Raja yang masih menatapnya dengan dingin dan datar.
"Ini apa? Memang apa yang Dara lupain?" tanya Dara pelan.
"Cepat pulang, Arsel nungguin," tukas Raja sebelum akhirnya pergi meninggalkan Dara yang masih terdiam kaku di tempat.
Dara kembali menunduk dan menghembuskan nafasnya pelan. Seraya menatap sendu kotak putih yang masih ia genggam di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELDARA [COMPLETE]
Roman pour Adolescents[Follow Author sebelum membaca!] Tokoh utama di cerita ini, bukanlah sosok yang "Sempurna" bahkan sangat jauh dari kata itu. Dia Adara, sosok yang begitu banyak celah, egois, rumit, pembohong, naif, dan benci banyak hal di dunia ini. Sosok yang terp...