Dara duduk di pinggiran kasur sambil menatap layar ponselnya dengan raut wajah kesal. Pesan tak mengenakan baru saja masuk ponselnya. Bahwa rapat diskusi hari ini di batalkan dan Dara baru mengetahui saat dia sudah selesai mandi dan memaksakan diri bangun pagi-pagi. Mengesalkan bukan?
Rasanya, Dara ingin membanting ponselnya sekarang juga ke lantai. Tapi niat itu ia urungkan, mengingat ponselnya yang masih nyicil. Sad.
Akhirnya, Dara hanya berdiam diri, merenung. Memikirkan, apa ada rencana baru yang ia ingin lakukan setelah ini.
Seketika satu nama langsung terlintas di pikirannya. Arsel! Dara memiliki janji dengan cowok itu kemarin siang di sekolah.
Dengan segera Dara bangun dari posisi duduknya. Lalu berjalan menuju meja rias putihnya. Ia memaikan sedikit polesan liptint orange di bibirnya.
Setelah selesai, Dara langsung mengambil tas kecilnya yang tergantung di belakang pintu. Lalu memasukan handphone dan liptintnya.
Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Dara langsung berlari keluar kamarnya dan pergi ke lantai bawah.
Dengan bersemangat, Dara meloncati satu persatu anak tangga seperti anak kecil. Bahkan, Bunda Agna yang melihat anaknya seperti itu hanya bisa bengong dan geleng-geleng kepala.
"Mau kemana, Ra? Semangat banget kayaknya," tanya Bunda, menggoda. Saat Dara sudah sampai di anak tangga terakhir.
"Mau pergi sama teman, Bunda," sahut Dara seraya berjalan menghampiri Bundanya yang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton TV.
Cup
Dara mencium pipi Bundanya tanpa rasa canggung.
"Dara pergi dulu ya, Bun!" pamit Dara menampilkan senyum manisnya.
"Iya, hati-hati, Ra!" sahut Bundanya tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.
"Siap, Bunda!!" seru Dara dengan semangat.
Setelah itu, Dara langsung berjalan ke arah rak sepatu dan mengambil sneakers berwarna putih dengan gambar kupu-kupu biru di sampingnya.
Saat mengikat tali sepatunya, tiba-tiba ada suara teriakan dari luar rumah Dara.
"PAKET!" teriak kurir paket di depan rumah.
"Dara! kamu pesan paket ya?" tanya Bunda sedikit berteriak dari ruang keluarga.
"Nggak tau, Bunda! Biar Dara aja yang ambil!" balas Dara segera bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mendekati pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELDARA [COMPLETE]
Teen Fiction[Follow Author sebelum membaca!] Tokoh utama di cerita ini, bukanlah sosok yang "Sempurna" bahkan sangat jauh dari kata itu. Dia Adara, sosok yang begitu banyak celah, egois, rumit, pembohong, naif, dan benci banyak hal di dunia ini. Sosok yang terp...