___________
"Matanya, bagaikan sihir yang terus merasuk hati tanpa adanya rasa malu."
-SELDARA-
___________
Gadis itu menatapi lelaki di depannya. Bagai terpaku di tempat, tubuhnya benar-benar terdiam. Matanya terus berkontak dengan lelaki itu tanpa terputus. Raut wajah lelaki itu terlihat datar saja, namun tatapan yang di layangkan lelaki itu seperti membiusnya untuk terdiam di tempat seperti patung.
Sebenarnya, ada apa dengan semua ini? Kenapa seakan-akan semesta terus mendorongnya pada lorong rasa yang rumpang dan tidak memiliki ujung.
Matanya beralih menatap Gwen, yang sedari tadi terdiam di belakangnya. Ia melayangkan tatapan penuh selidik kepada sahabatnya itu.
Gwen yang merasa ditatapi, langsung berjalan ke arah rak buku hitam di pojok ruangan. Seperkian detik matanya menelusuri satu persatu judul buku.
Sampai matanya menangkap satu buku bersampul hitam, yang masih sangat baru, terlihat dari kondisi bukunya yang di segel dan masih di plastiki dengan rapih. Isi buku itu terlihat sangat tebal, jumlah halamannya juga pasti sangat banyak.
Gwen langsung saja mengambil buku itu dan mengangkat buku itu setinggi mungkin agar Dara bisa melihat bukunya. Mata Dara mendelik setelah melihat apa yang di tunjukan oleh sahabatnya itu.
Dara mengerti maksud Gwen, lagi-lagi Gwen di sogok oleh kedua cowok itu dengan buku.
Mata Dara bergantian menatapi Raja dan Arsel dengan tajam.
"Baguss... untuk malam ini kalian benar-benar merusak mood gua," ucap Dara menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Sorry, Ra." Raja menundukan pandangannya.
Dara menghela nafasnya perlahan, "yaudah, malam ini kita main bareng aja, anggap kita semua sahabat," katanya.
Raja mendongakkan kepalanya, senyum manis akhirnya bertengger di bibirnya.
"Yaudah, pada mau ngapain nih?" tanya Gwen.
Semua orang terdiam sejenak, sampai Dara menjetikan jarinya.
"Nonton film horror yok!" Dara terlihat sangat bersemangat.
Arsel terkekeh kecil, "yaudah, mau nonton apa nih?" tanyanya.
"Aku tahu kapan kamu mati?" usul Raja.
"YOK!"
Dan sekarang di sinilah mereka, di depan TV ruang tamu, lampu sengaja di matikan dan pencahayaannya hanya dari layar TV yang menyala. Mereka semua duduk di karpet dan tidak ada yang duduk di atas sofa. Anggap saja mereka saling menyamakan agar tidak ada yang iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELDARA [COMPLETE]
Teen Fiction[Follow Author sebelum membaca!] Tokoh utama di cerita ini, bukanlah sosok yang "Sempurna" bahkan sangat jauh dari kata itu. Dia Adara, sosok yang begitu banyak celah, egois, rumit, pembohong, naif, dan benci banyak hal di dunia ini. Sosok yang terp...