Suara gemuruh petir saling bertaut di luar sana. Menemani seorang gadis yang masih terduduk di kursi meja belajarnya.
Tatapannya hanya bisa memandang kosong ke arah bingkai foto yang terpajang di atas meja. Tak ada lagi senyuman ataupun tawa yang terlontar dari bibirnya yang terasa kelu.
Dara hanya bisa menatap foto Arsel dengan tatapan sendu. Tanpa laki-laki itu di sampingnya. Cahaya di dunianya seakan redup dalam sekejap mata.
Arsel lah yang dulu pernah datang, mengisi hatinya. Memberi warna, menghiasi dinding putih hatinya yang begitu kosong dan pucat.
Tapi, Arsel juga lah yang akhirnya pergi. Meninggalkan dan di terbengkalaikan hatinya. Membuat warna itu perlahan pudar, dan kembali gelap.
Untuk apa, semesta memberinya begitu banyak warna, namun akhirnya warna itu juga yang kembali pudar (?)
Mengisi hatinya sekejap hanya untuk pergi (?)
Pertanyaan demi pertanyaan melayang bebas di kepalanya. Tanpa tau, kapan semua pertanyaan itu akan terjawab.
Tiba-tiba terdengar suara decitan pintu kayu yang terbuka.
"Dara..."
Suara lembut Bundanya memanggil dari ambang pintu.
Dara yang merasa terpanggil, menolehkan kepalanya, menatap sang Bunda.
Wanita paruh baya itu tersenyum, menatap putrinya.
"Ra, Bunda bawain sesuatu buat kamu," ucap bundanya mulai masuk ke dalam kamar Dara.
"Apa, Bun?" tanya Dara menatap bundanya yang sudah terduduk di pinggir kasur.
"Kamunya sini dulu, Ra," pinta bundanya tersenyum lebar, sembari menyembunyikan sesuatu di belakang badannya.
Dara tersenyum tipis, melihat bundanya yang tersenyum. Lantas, ia mulai bangkit dari tempat duduknya dan beranjak mendekati sang bunda.
Agna sedikit menggeser tubuhnya, agar membiarkan Dara duduk di sampingnya.
"Bunda mau kasih apa, hm?" tanya Dara menatap ibundanya.
Bundanya semakin melebarkan senyumannya. Lalu, detik berikutnya dia langsung memperlihatkan sesuatu dari balik badannya.
"Tara!!!" seru Agna bersemangat menunjukan kebaya berwarna ungu muda pada Dara.
Dara yang terkejut, menatap kebaya itu dengan mata yang membinar.
"I-ini buat aku, Bun?" tanya Dara kembali menatap bundanya.
Agna yang di tatap, langsung menganggukan kepalanya.
"Iya, ini buat kamu, Ra. Buat wisuda kamu besok," jawab bundanya menatap Dara dengan begitu bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELDARA [COMPLETE]
Ficção Adolescente[Follow Author sebelum membaca!] Tokoh utama di cerita ini, bukanlah sosok yang "Sempurna" bahkan sangat jauh dari kata itu. Dia Adara, sosok yang begitu banyak celah, egois, rumit, pembohong, naif, dan benci banyak hal di dunia ini. Sosok yang terp...