Jangan lupa vote dan komen ya^^
___________________
"Darinya, aku tahu bagaimana rasanya bahagia tanpa alasan yang jelas. Entah hanya karena memikirkannya, melihatnya, mengobrol dengannya, ataupun bertukar pesan singkat yang belum tentu tertulis dengan perasaan."
—Adara Farhana.
________________"Minggu depan, kalian sudah menghadapai ujian akhir semester genap. Ibu harap, kalian semua sudah mempersiapkan diri untuk ujian itu," jelas Bu Wirda berdiri tegak di depan papan tulis kelas.
"Yaaaa! Cepet banget sih bu ujiannya! Padahal kayaknya baru kemarin masuk kelas 11, pasti nanti pada kangen sama saya nih pas udah pada naik kelas 12!" komentar Zibran dengan santai dari bangkunya.
"Ge'er banget sih lo! Siapa juga yang bakal kangen sama lo!? JIBANG!" cibir Oca yang duduk di samping Dara.
Zibran mulai menegakan tubuhnya, lalu menompang wajahnya dengan tangan yang di tumpu di atas meja, sambil melihat ke arah Oca yang memberinya tatapan sinis.
"Jibang? apaan tuh? Jijik tapi sayang?" goda Zibran tersenyum miring pada Oca.
Oca langsung berlagak seperti ingin muntah, mendengar godaan Zibran.
"JIBANG! JIJIK BANGS—" ucapan Oca menggantung, sambil melirik ke arah Bu Wirda yang sudah melototinya.
"Ayok! lanjutkan terus Oca dan Zibran. Ibu tungguin kalian berantem sampai baku hantam sekalian, biar Ibu yang jadi wasitnya," ucap Bu Wirda sambil tersenyum manis. Lebih tepatnya, senyum yang di paksakan.
Oca yang melihat senyum menyeramkan milik Bu Wirda, hanya bisa cengengesan.
"Hehehe, nggak usah, Bu. Nanti saya sama Zibran lanjut berantemnya di lapangan banteng aja, Bu. Biar sekalian bantengnya yang jadi wasitnya," alibi Oca sambil bercanda.
"Ibu, Silahkan lanjutin aja Bu ngumuminnya. Maaf ya, Bu emang kadang Si Zibran jadi perusak suasana aja dia tuh!" timpal Oca lagi sambil tersenyum polos pada Bu Wirda.
Padahal, Zibran dari belakang sudah mempelototi Oca sambil mencibirnya dalam hati.
Bu Wirda menghela nafasnya sejenak. Merasa lelah dengan kelakuan murid-muridnya.
"Yang lain? Ada yang mau bertanya tentang ujian minggu depan?" tanya Bu Wirda dengan lantang.
Seorang perempuan langsung mengangkat tangannya.
"Ya, kamu," tunjuk Bu Wirda ke perempuan itu menggunakan spidol.
"Soal ujiannya susah nggak, Bu?" tanya Gwen.
"Hm, ujiannya nggak susah kok, gampang. Kalau kalian belajar pasti bisa mengerjakannya," jawab Bu Wirda tersenyum ramah.
"Biasanya nih, Bu. Kalau bagi guru gampang, pas muridnya ngerjain jadi susah, Bu!" sosor Zibran lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELDARA [COMPLETE]
Novela Juvenil[Follow Author sebelum membaca!] Tokoh utama di cerita ini, bukanlah sosok yang "Sempurna" bahkan sangat jauh dari kata itu. Dia Adara, sosok yang begitu banyak celah, egois, rumit, pembohong, naif, dan benci banyak hal di dunia ini. Sosok yang terp...