CHAPTER 30<Bersamamu

3.8K 390 10
                                    

"Gimana perkembangan penjualan?" tanya Devon seraya mengamati beberapa baju yang terpasang rapi distro itu. Ya, distro itu adalah hadiah ulang tahun dari Atha. Meskipun begitu Devon bisa menjalankannya dengan baik. Bahkan sangat maju. Sejak distro itu berkembang, Devon sudah gak meminta uang kepada ayahnya itu.

"Baik, semua penjualan aman. Terlebih banyak konsumen yang puas," jawab Tommy yang merupakan karyawan di situ.

Devon mengangguk. "Gue serahin ke lo. Gue lagi sibuk banget disekolah," katanya.

"Yaellah santai aje boss. Lo tinggal terima beres," sahut Tommy mengacungkan jari jempolnya.

Saat Tommy dan Devon sibuk membicarakan masalah distro, samar-samar mereka mendengar perdebatan ringan.

"Bener nih harganya gak bisa turun, Mbak?" pelayan wanita berseragam kuning itu menggeleng pelan. "Yaellah Mbak, pelit amat. Lagipula ini punya temen gue, mau gue aduin?"

"Gak perlu," sahut Devon yang tiba-tiba datang, berdecak kesal melihat dua kacungnya yang sudah rempong di distro nya.

"Nah, ini nih temen gue. Hebat kan dia? Makanya Mbak kasih diskon elah!" cerocos Zion heboh seraya menunjuk-nunjuk Devon.

Agam yang berada di sebelah Zion mengelus dada pelan sambil geleng-geleng. "Berisik lo, Zi! Halah bilang aja lo mau modus," celetuk Agam asal.

"Ck! Lo gak paham kondisi dompet gue, Gam," gerutunya, menekuk wajahnya.

"Maaf, Mas harganya memang segitu. Kalo saya kasih murah nanti gak dapet keuntungan," kata mbak-mbak itu ramah.

Zion dan Agam menatap miris kaos hitam ditangannya. Kaos yang bagus menurut mereka, bahkan sebelum membeli dua cowok itu sudah mencoba beberapa kali lalu berfoto ria. Dan, kini hanya membeli satu terlebih meminta diskon. Parah!

Tommy melirik sekilas, lalu terkekeh kecil. "Zi, lo tiap kesini pasti cari diskon. Tuh, minta sendiri sama pak bos!"

Zion memasang jurus andalannya, memasang wajah melas semelas-melasnya. "Dev, mumpung ada lo nih kasih gratisan aja gimana?"

Agam mendelik kaget. "Heh! OON! Tadi lo minta diskon sekarang minta gratis lagi, kan gue juga pengen!" kesal Agam, Zion hanya cengengesan tak jelas.

Devon menghela napas jengah. "Berisik! Ambil aja sana!" Setelah mengatakan itu Devon berlalu menghampiri bagian kasir.

Zion dan Agam kompak berseru heboh. Bahkan keduanya berpelukan seperti mendapat sembako.

"Doa anak sholeh Zi!"

"Gue bukan anaknya Sholeh! Bapak gue Ridwan!" sahut Zion menjitak kepala Agam membuat cowok itu menggerutu kesal sebab rambutnya yang klimis jadi acak-acakan.

Agam yang mode kesal lalu meninggalkan Zion, cowok berjaket cokelat itu berjalan ke arah kasir. Bertepatan itu Devon baru saja melakukan diskusi urusan distro.

"Ikut ke apart dong?" Tanpa menunggu jawaban Devon, Zion sudah dulu ngibrit ke arah parkiran.

                   ----***--

Pandangan Dara masih fokus pada komik di tangannya. Komik itu sudah hampir habis, tinggal dua halaman lagi. Setelah membereskan apartemen itu, ia kembali melanjutkan aktivitas membacanya. Suara seruan seseorang membuat Dara terkesiap, lalu menutup kasar komik itu.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang