CHAPTER 42<Episode baru

3.6K 340 18
                                    

"Dia sederhana, tapi gue suka."
#Devon Athalazka

"Dev, jangan gini aku malu," kata Dara dengan pipi memerah, memperhatikan Devon yang berdiri di belakangnya.

"Malu kenapa, hm?"

"Kalo ada yang lihat gimana?" Devon tak merespon. "Aku bisa sisir sendiri," kata Dara merasa tak enak.

Dengan telaten Devon menyisir rambutnya, sesekali menciumnya dengan gemas. Cowok itu sekarang malah menyenderkan dagunya di bahu Dara yang membuat cewek itu semakin tersipu malu.

"Lo cantik," kata Devon seraya menarik gemas pipi Dara. Cewek itu memberenggut kesal, pipinya terasa sakit.

"Awas ihh!" Dara menggoyang bahunya, membuat Devon mau tak mau menjauhkan wajahnya.

Setelahnya mereka berjalan menuju kasur.

"Kamu inget foto ini gak?" Cowok itu mengerutkan keningnya, mencoba mengingat. Dara tersenyum tipis, menatap lembaran kecil yang berisi foto masa kecilnya dan Devon.

Saat itu Atha yang mengambil foto mereka. Dengan senyum mengembang keduanya bergaya dengan mengacungkan dua jarinya, terlihat jika Devon merangkul leher Dara.

"Inget." Devon tersenyum sekilas. "Foto dua minggu sebelum kita berpisah," katanya, Dara mengangguk membenarkan.

Bunyi detik jam menghiasi kamar Dara. Keduanya berbaring dengan bersandar di kepala ranjang dan Dara di bahu Devon.

"Kita dulu deket banget ya, sampai-sampai aku gak mau pulang. Takut ayah marahin aku lagi," ujar Dara menerawang. "Entah mengapa setelah aku keluar rumah kamu, rasanya aku kehilangan rasa bahagia." Devon mengelus kepala Dara dengan lembut.

"Dev," panggil Dara pelan, merubah posisinya menjadi menghadap Devon. "Dira suka sama kamu, kenapa kalian nggak pacaran?"

"Tapi gue enggak," jawabnya enteng.

""Kenapa? Dira pinter, cantik pula." Helaan napas terdengar dari Devon.

Cowok itu bangun, menatap netra Dara lekat. "Gue gak nyaman. Jika cinta hanya soal cantik, pinter, kaya atau semacamnya ... orang yang gak punya itu nggak ada yang mau." Dara diam, meski hatinya membenarkan.

Tak sengaja mata Dara menatap sebuah gantungan diatas nakas. Ia mengambilnya, lalu menaikkan tatapannya membuatnya bersitatap dengan Devon. "Masih kamu simpen?" tanyanya.

"Kenangan berharga," balasnya, Dara tergelak pelan.

"Aku inget gantungan ini aku beli pas pulang sekolah, tapi kata penjualnya cuma tinggal satu yang gini. Bisa pas banget ya inisial 'AD'." Dara terus mengamati gantungan itu dengan tersenyum. "Waktu itu kamu merengek minta aku kasih ke kamu, padahal cuma satu. Kamu hampir nangis pula." Wajah Devon memerah, ia malu.

"Dara, gak usah di terusin. Gue malu," cicitnya membuat Dara tertawa.

"Devon bisa nangis gara-gara gantungan juga ya?" Dara masih tertawa, Devon yang geram lantas berusaha merebut gantungan itu.

Dara masih mengelak, menjauhkan gantungan itu. Namun, tubuh Devon yang lebih tinggi membuat dirinya ikut terhuyung, ia jatuh diatas dada bidang Devon. Mereka sama-sama diam, pandangannya saling terkunci.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang