CHAPTER 17<Tindasan

4.3K 416 8
                                    

"Tanpa kamu sadari sikapmu yang semena-mena membuat hati seseorang terluka."

Cewek itu masih terus berjalan dengan kepala menunduk. Ia semakin mencengkeram erat tali tasnya, sambil terus mengamati sepatu putihnya, berjalan melewati koridor sekolah. Lengkap dengan seragam sekolah, rok tak terlalu tinggi serta wajahnya yang lesu. Namun, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang kemudian menyeretnya hingga di balik tembok belakang sekolah.

Cewek itu meronta-ronta berharap orang itu akan melepaskannya, tetapi naas saat bunyi gelak tawa menghiasi pendengarannya. Cewek itu mendongak mengamati satu persatu tiga cewe yang berdiri di depannya dengan tersenyum angkuh.

Salah satu diantara mereka maju, mencengkeram kuat dagu Dara. "Puas lo? Lo seneng kan dapat ciuman dari Devon?" Mendengar tuduhan itu Dara menggeleng cepat.

"Gak usah munafik deh lo!" hardik seorang cewek berambut sedikit kecoklatan dengan membawa kipas.

"Gue ingetin ya sama lo, jangan berani-berani masuk ke hidup cowok gue! Gue tahu siapa elo!" bentak cewek itu, Dara diam menunggu kelanjutan omongan cewek di depannya ini. "Lo itu hanya sebatas gadis bodoh yang gak patut di kasihani! Harusnya lo sadar diri dan mikir! Mana mungkin seorang Devon rela nyium cewek sekucel lo?! Ngotak dong!" hardik Innes semakin menekan kuat dagu Dara.

Dara hanya mengatupkan bibirnya, menggeleng cepat. "Lo sama Dira aja beda! Asal lo tahu, gue benci Dira itu karena dia sok pinter dan suka cari muka di depan Devon. Sedangkan, lo itu bodoh dan malah nyium Devon!" hardiknya lagi seraya melepaskan cengkeraman itu.

"Tapi aku gak minta hal itu," jawab Dara mencoba memberanikan diri. "Tolong jangan benci Dira. Kasihan dia, Dira gak salah. Kamu boleh kok benci aku, tapi jangan adikku," ucap Dara lagi, Innes malah berdecih tertawa sumbang.

"Dara, lo pikir Dira bakal kasihan sama lo balik? Nggak akan pernah! Bisa gak sih gak usah drama buat lindungin adek lo? Dia aja gak peduli sama lo, malah lebih tepatnya pura-pura gak kenal," sarkas Innes membuat kedua temannya tertawa meremehkan.

"Udahlah Ness, kasih pelajaran aja dia!" seru Lara cewek berambut kecoklatan tadi.

"Pelajaran apa?  Dia kan goblok mana mungkin paham," sahut Vania dengan tampang polosnya. Innes dan Lara malah tertawa mendengar hal itu, sedangkan Vania langsung mengernyit bingung. Cewek itu memang susah untuk konek.

"Vania," panggil Lara gemas. "Bukan pelajaran sekolah, tolol! Di tampar maksud gue!" Vania lantas mangut-mangut dengan mulut membentuk huruf O.

Innes kembali melayangkan tatapan menghunus, menarik rambut Dara lumayan kasar. Dara meringis kesakitan dengan berusaha memegangi rambutnya yang terasa mau lepas.

"Aku gak salah lepasin aku," kata Dara pelan, Innes malah semakin menjambak nya kuat.

"Harusnya kamu ngerti, kita sama-sama perempuan. Dan harusnya kamu tahu jika aku gak pernah minta dicium Devon," kata Dara lagi yang membuat Innes naik pitam.

Innes melepaskan rambut Dara kasar, melayangkan tangannya hendak menampar Dara. Namun, gerakannya terhenti di udara seperti di cekal seseorang. Orang itu semakin mencekal kuat pergelangan tangan Innes. Perlahan Innes memutar tubuhnya dan mendapati Devon, Zion, dan Agam yang berdiri di belakangnya. Tubuh Innes menegang seketika.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang