CHAPTER 10<Dia lagi?

4.4K 451 11
                                    

"Jangan pernah menakuti sesuatu yang belum pernah terjadi, karena itu akan menyulitkan mu."

"Re, apa kita gak bakal ketahuan?" tanya Dara berbisik pelan pada Rea.

Rea tersenyum tipis. "Enggak bakal. Lagipula tindakan kita udah bener buat laporin kejadian tadi di ruang BK." Dara terpaksa mengangguk meski hatinya tak enak.

Saat ini mereka sedang di kantin, seperti biasa mereka duduk di paling pojok. Lebih tepatnya menjauh dari jangkauan para siswa lain. Kebanyakan siswa lain banyak membeli makanan yang terbilang cukup mahal, sedangkan Rea dan Dara hanya beberapa dan sederhana.

Bunyi dering ponsel Dara mengalihkan perhatian mereka sesaat. Dara mulai membuka, membaca pesan yang terkirim. Setelahnya Dara menghela nafas pelan, menolehkan kepalanya menyisir seisi kantin.

"Ada masalah?" tanya Rea sembari meneguk es teh nya, Dara mengangguk lesu.

"Dira minta aku beliin makanan, terus anterin ke kelasnya. Aku gak berani," jawab Dara, Rea lantas menepuk bahu temannya, menguatkan.

"Perlu gue temenin?" tawar Rea, Dara menggeleng cepat.

"Gue yakin lo bisa. Jangan takut. Gak bakal terjadi apa-apa sama lo. Tenang," ucap Dira yang hanya di balas anggukan kecil oleh Dara.

Perlahan Dara berdiri, mulai berjalan untuk membeli makanan. Dara mati-matian menahan rasa takutnya saat beberapa pasang mata mulai melihatnya dengan muak. Dara mencoba acuh, menulikan pendengarannya.

Setelahnya dia berjalan menuju kelas adiknya. Dan disinilah Dara sekarang. kelas IPA 1 tempat segudang murid pintar dan multitalenta. Dara menarik napasnya berat, terbesit di pikirannya untuk pergi dan tak masuk ke kelas ini.

"Lo Dara kan?" Dara menoleh ke belakang saat seseorang menyapanya. Sedetik kemudian cewek itu mengangguk membenarkan. "Bukannya elo yang sering kena hinaan itu? Banyak yang bilang kalo lo itu bodoh, bener?" Dara terdiam, meremas plastik ditangannya.

Saat Dara hendak berbalik, suara Dira membuat langkahnya terhenti. Buru-buru Dara membalikkan tubuhnya kembali, melihat Dira yang berdiri di depan pintu dengan tangan bersendekap di dada.

"Mau kemana lo? Mau kabur?" tanya Dira galak, Dara menggeleng cepat lalu melirik orang tadi yang mengolok-olok dirinya.

"Gak niat banget lo beliin gue makanan, hah?" sarkas Dira seraya meraih paksa plastik berisi satu roti dan minuman kaleng. Lagi Dara menggeleng.

"Bukan gitu ak—"

"Udahlah alasan aja lo!" Dira mengibaskan tangannya, memilih tak peduli.

Dira tersenyum penuh arti, sedikit memajukan wajahnya. "Mau gue aduin ke ayah kalo lo itu pelit?!" ancam Dira, Dara menggeleng cepat.

"Dia kakak lo, Dir?" tanya orang tadi yang nampak menyimak pembicaraan tadi. Dira mengangguk pelan dengan wajah malas.

"Kakak gak berguna tepatnya," sinis Dira yang membuat orang tadi tergelak pelan kemudian pergi dan hanya menyisakan Dira dan Dara.

"Makasih," kata Dira, Dara menipiskan bibirnya. "Udah sana lo pergi," usir Dira mendorong pelan bahu Dara.

Sebelum itu Dara mencoba meraih tangan Dira. Mata teduhnya menatap adiknya penuh harap. "Dira, tolong jangan bilang ke ayah soal tadi," ujar Dara, Dira menatapnya malas segera menepis pegangan tangan Dara.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang