CHAPTER 20 < Takdir

4.4K 423 7
                                    

"Sekeras apapun kamu menolak, jika Tuhan berkehendak kamu bisa apa?"

Disebuah kamar bernuansa monokrom, terdapat seorang cewek yang sedang terbaring lemah. Di dahinya terdapat sebuah perban yang melilit dengan rapi. Tak ada tanda-tanda pergerakan akan cewek itu membuka mata, masih sama seperti semalam.

Bunyi knop pintu kamar itu dibuka dan menampilkan seorang cowok dengan seragam sekolah yang sudah menempel di tubuh atletisnya dengan pas. Cowok itu masih berdiri diambang pintu, terus menatap cewek itu.

Deheman seseorang membuat cowok berseragam putih abu-abu itu menoleh,  merubah ekspresinya menjadi sedingin mungkin.

"Dia belum sadar, mungkin tinggal pemulihan. Gak usah terlalu khawatir, gak ada luka serius. Aku rasa dia punya tekanan batin cukup berat," ungkap seorang wanita berumur dua puluh lima itu dengan seragam dokter ditubuhnya.

Cowok itu mengangguk samar. "Gue pergi dulu. Kalo dia bangun dan ingin pergi, tahan dia." Wanita itu menganggukkan kepalanya paham.

****
Suara lengkingan deru sepeda motor sport hitam begitu memekik telinga, memenuhi kawasan SMA Bintang. Bertanda sosok bengis itu sudah datang. Dengan gerakan secepat kilat cowok itu melepas helm full face milikinya.

Cowok itu mulai berjalan dengan santai serta ekspresi dingin. Sebuah panggilan seseorang dengan suara sedikit keras terdengar jelas di telinganya. Namun, cowok itu mencoba acuh, seolah tak peduli.

"DEV!" teriak Dira sembari berjalan mensejajarkan langkahnya. "Kok lo gak noleh sih? Gue panggil loh, tadi." Devon hanya diam dan terus berjalan.

Dira tersenyum canggung saat dirinya dan Devon melewati beberapa siswi yang menatap mereka kagum, seperti pasangan.

"Ehmm, Dev ntar gue ke apartemen lo ya? Kita belajar bareng," usul Dira membuat Devon menggeleng cepat.

"Gak!"

Dira menautkan alisnya. "Kenapa?"

Devon memberhentikan langkahnya, berbalik menatap Dira lurus. "Lo cewek, gak bisa sembarangan masuk apartemen cowok. " Setelahnya cowok itu kembali berjalan melewati Dira.

Dira malah mengembangkan senyumnya, lalu kembali berjalan menyusul Devon.

"Dev, lo perhatian sama gue?" tanya Dira kepedean.

"Gak!"

"Terus tadi apa?" desak Dira membuat Devon kesal.

"Lo pinter tapi bego!" sarkas Devon, Dira ternganga kecil.

"Terus nanti belajar dimana? Ke rumah gue ya? Atau kita cari tempat nyaman lain?" usul Dira lagi sembari menggoyang-goyangkan lengan Devon.

Pegangan itu langsung ditepis kasar oleh Devon. "Terserah!"

Keduanya memasuki kelas IPA 1 secara bersamaan, hal itu sontak membuat penghuni kelas menatap keduanya dengan penuh asumsi.

"Lo kok bisa bareng cowok gue?" selidik Innes dengan bersendekap di dada.

Dira tak merespon, ia malah langsung menyelonong untuk duduk di bangkunya. Innes yang melihat tingkah Dira mengeram marah. Cewek berambut ombre itu tak tinggal diam, ia kembali mendatangi meja Dira.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang