CHAPTER 39 < Seperti dulu

4.1K 360 8
                                    

"Jangan melihat satu perkara untuk membuatmu membenci seseorang!"

Pagi ini SMA Bintang digegerkan dengan kedatangan dua remaja yang saling berjalan beriringan. Langkah mereka banyak membawa pasang mata, hingga bisik-bisik.

Mata tajam itu terus menyorot lurus, seakan tak peduli dan mengabaikan orang-orang disekitar. Kaki panjangnya terus melangkah lebar, dengan tas sekolah yang dipakai disisi kanan tangannya. Berbeda dengan seorang cewek disampingnya yang terus saja menunduk takut, malu, dan risih ketika ia mulai memasuki area sekolah. Koridor pagi ini sangat ramai, bagaikan menantikan sang idola yang lewat diatas karpet merah.

"Cakep-nya nggak ngotak!" decak salah satu siswi berparas cantik.

"Damage!"

"Jodoh orang Ya Allah gantengnya!"

"Bengis, tapi gue suka."

"Liat deh masa Devon sama Dara? Cantik kan gue kemana-mana kali," cibir seorang cewek berambut sebahu, melirik Dara dengan sinis.

"Lo cantik sih, tapi buktinya Devon lebih milih Dara," sahut seorang cowok di sampingnya.

Begitulah bisikan-bisikan yang masuk di indra pendengaran seorang Devon Athalazka.

Dara yang juga mendengarnya semakin takut, ia mencengkram erat pegangan tasnya.

"Angkat kepala lo!" Suara berat itu membuat Dara menoleh dengan alis bertaut.

Dara mengedarkan pandangannya menatap sisi koridor yang sudah dipenuhi kaum hawa dengan ponsel di tangan mereka. Ya, menyambut kedatangan seorang Devon, lalu difoto dan di buat perbincangan hangat. Hampir setiap hari. Dan, kini Dara merasa paling buruk jika disandingkan dengan cowok itu.

"Aku ke kelas dulu," kata Dara gugup, Devon tersenyum sekilas lalu mengacak gemas rambutnya. Hal iya sontak membuat siswi yang ada disitu berteriak histeris.

Benar saja, saat Dara berbalik memasuki kelas semua pasang mata menatapnya, seolah menantikan berita terkini. Dara tersenyum canggung, lalu menjatuhkan pantatnya di kursi belakang pojok. Tempat Dara selama hampir tiga tahun.

"Gimana ceritanya lo bisa berangkat bareng? Lo udah lupa kejadian kemarin?" Rea angkat bicara dengan nada khawatir.

Dara menggeleng samar. "Jangan lihat satu perkara untuk menjauhi seseorang. Nggak baik," tutur Dara, Rea mengernyitkan dahinya.

"Ah, gue sempet gak percaya. Akhir-akhir ini kalian malah makin deket. Ya, meskipun gue tahu kalo dan dia tinggal bareng," balas Rea dengan memelankan suaranya.

Dara menipiskan bibirnya. "Gue juga enggak percaya, Re."

Lalu tak lama bu Mega memasuki kelas, membuat kelas itu kembali hening. Jam pelajaran akan segera dimulai.

*****----******

Dua cewek itu berjalan beriringan dengan setumpuk buku paket di tangannya. Setelah pelajaran tadi, mereka bertugas untuk mengembalikannya ke perpustakaan. Mereka agak kesulitan, sebab berat buku itu yang tidak ringan.

"Berat banget nih buku!" gerutu Rea kesal, Dara tak menyahut hanya geleng-geleng kepala saja.

Dari arah berlawanan Dira datang dengan tampang angkuhnya, menatap Dara dari atas sampai bawah seperti ingin mengintrogasi. Dara tersenyum manis saat adiknya itu menghampirinya, hal ini jarang terjadi. Tahu sendirilah Dira gimana.

Dira tetaplah Dira yang angkuh dan semena-mena. Cewek itu melipat tangannya di dada, menaikan dagunya.

"Tinggal dimana lo? Dirumah Oma nggak ada!" tanyanya to the point.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang