PROLOG

17.6K 886 49
                                    

Gadis itu semakin memundurkan langkahnya dengan raut wajah yang penuh ketakutan. Keringat dingin terus bercucuran deras di pelipisnya. Matanya yang indah sudah berkaca-kaca serta bibir mungilnya yang bergetar. Sementara itu, seorang cowok dihadapannya hanya menunjukkan ekspresi santai, mengamati gadis itu lamat-lamat lewat tatapan tajamnya.

Malam hari yang indah bertabur kejora dan sang rembulan membuat suasana itu semakin serasi. Di malam yang indah ini tampaknya gadis itu benar-benar sangat ketakutan. Ia menolehkan kepalanya ke kanan-kiri untuk mencari bantuan, tapi sayang tempat itu sangat sepi dan cukup tinggi. Hanya terdengar binatang malam yang saling bersahutan. Mereka tengah berada di balkon.

Cowok itu semakin memajukan langkahnya, ingin mendekat dan menatap netra teduh gadis itu.

Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dengan sebulir air mata yang mulai jatuh. "Enggak! Jangan mendekat!" katanya panik dengan matanya bergerak gelisah.

Cowok itu rupanya tak mengindahkan seruan gadis malang itu, ia terus maju mengikis jarak diantara mereka.

"Gue nggak seburuk apa yang lo pikirin," kata cowok itu tenang, mencoba menjelaskan. Bukannya tenang, gadis itu malah semakin takut akan kata-kata yang keluar dari mulut cowok itu.

"Kenapa lo takut sama gue? Gue bukan Tuhan!" Gadis mengatupkan bibirnya rapat-rapat mendengarnya. Ia mulai terisak pelan. Menyadari itu, cowok berkaos hitam itu menarik pergelangan tangannya, membawanya mendekat.

Gadis beringsut takut dengan menatap pergelangan tangan kanannya yang masih dicekal cowok itu. Air matanya terus meluruh, ia terus memberontak berusaha melepaskan cekalan itu. Setelah terlepas, gadis berusaha untuk melarikan diri menjauhi cowok itu. Ia berusaha berlari terseok-seok dengan langkah kaki pincang, cowok itu terus menatap punggung kurus gadis itu dengan mata memanas.

Tak lama cowok itu berlari kecil lalu mendekap tubuh gadis itu dengan hangat. Gadis itu terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia hanya terdiam dengan segala ketakutan yang menguasai dirinya. Gadis berambut sedada itu bisa merasakan detak jantung mereka yang berpacu kencang.

"Kenapa?" lirih cowok itu seraya mengurai pelukannya, membalik tubuh gadis itu. Bahu gadis itu bergetar hebat bertanda  menangis  ketakutan.

Gadis itu menaikkan tatapannya, menatap cowok itu dalam. Mata indahnya masih digenangi air mata, ia menggigit bibir bawahnya kuat untuk menetralisir rasa takutnya.

"Devon itu bengis, Dara gak suka! Devon itu jahat, Devon itu kasar! Dara gak suka! Dara takut. Dara benci Devon!" ungkap Dara dengan menggebu-gebu, dadanya yang naik turun nafasnya tak beraturan.

Cowok itu terhenyak seperkian detik mendengar pengakuan itu. Cowok itu mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sampai otot-ototnya terlihat jelas.

Semilir angin malam yang dingin dan cahaya rembulan yang terang  membuat rambut Dara berterbangan serta wajahnya yang sembab terlihat jelas. Cowok itu bisa melihat jika wajah ayu gadis itu terdapat bekas luka yang tercetak jelas disekitar pelipisnya. Cowok itu bisa merasakan betapa sakit dan hancurnya menjadi seorang Dara.

Cowok itu maju lagi dengan memajukan wajahnya. Jarak diantara mereka tinggal satu jengkal, Dara bisa mencium deru nafas hangat cowok itu. Dara hanya bisa menelan kasar saliva nya.

Cowok itu memiringkan kepalanya mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Dara yang membuat Dara meremang seketika.

"Tapi Devon suka Dara," bisik cowok itu dengan suara seraknya.

Halo-halo semuaa... Gimana prolog nya? Makin penasaran gak? Cerita baru nih 😁 jangan lupa baca dan ikutin cerita ini dari awal hingga ending ya..

Ohh iya, btw ini cerita yang aku ikutkan dalam challenge menulis 60 hari bersama @Arunikapublisher lohhh,  yok buruan baca ya.. doain juga semoga bisa menang xixixixi 😂

JANGAN LUPA MASUKKAN KE READY LIST READING KALIAN YA√√

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang