CHAPTER 02< Terulang kembali

6.9K 586 44
                                    

"Rasa tanggung jawab itu lebih berharga dari apapun."

Suara deru motor saling bersahutan memasuki kawasan SMA Bintang, pertanda bel akan segera dibunyikan sebentar lagi. Di jam-jam mepet seperti ini biasanya malah semakin banyak siswa yang baru datang. Entah sengaja atau tidak.

Dara memberhentikan sepeda ontelnya jauh dari parkiran, tepatnya di sebelah dinding yang dekat dengan pohon randu. Bukannya Dara tak berani memarkirkan sepedanya di parkiran, tapi ia takut sepedanya akan dirusak seperti dua minggu lalu. Sepeda Dara ringsek dengan rantai putus dan keranjang tepos. Dara kapok, pasalnya ini bukan kali ke satu atau ke tiga kalinya. Ini sudah sering kali terjadi pada Dara. Lebih baik Dara menghindar dengan menyembunyikan sepedanya di pohon besar itu. Hanya sepeda itu satu-satunya yang Dara punya, itupun bekas sepeda pamannya.

Cewek itu mengusap peluh keringat di dahinya sebelum melangkah memasuki kelasnya.

Tak asing lagi jika langkah Dara membawa banyak pasang mata menatapnya dengan muak dan benci. Hinaan dan cemooh itu asupannya tiap hari. Rata-rata murid-murid di sekolah SMA Bintang itu pintar, sedangkan Dara jauh akan hal itu.

"Kirain dah kapok sekolah disini, masih punya nyali juga si Dara," celetuk seorang cewek berambut sepunggung itu dengan mulut mengemut permen.

"Gadis bodoh ngapain sih sekolah disini, males." Dara mendengar itu, ia mencoba acuh.

"Dara dan Dira itu beda. Dira sih pinter, lah dia? Sampah!" hina seseorang yang Dara tak tahu namanya. Dara hanya diam menunduk dengan mencengkeram erat pegangan tasnya.

"Pantes dibuang orang goblok sih." Mata Dara mulai memanas mendengar hinaan itu.

Puk!

Dara mendongak kala ada benda yang mengenai kepalanya, ia menoleh dan mendapati banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan tak suka. Lalu ia menemukan kertas berbentuk bulatan kecil yang menggelinding dibawah sepatunya. Dara bisa menebak jika itu perbuatan teman-temannya.

"Otak lo itu kosong, jadi ya gak masalah dong kalo kena timpuk pake kertas," hina cowok berjambul tinggi, Dara hanya mengatupkan bibirnya. Matanya mulai memerah menahan isak tangis.

"Ya, masih untung lah kertas. Gimana kalo telor? Atau gak batu? Kayaknya seru," imbuh cewek berambut pirang yang berdiri di sebelah cowok tadi.

Hati Dara semakin perih mendengar hinaan itu. Dengan cepat ia berbalik meninggalkan koridor itu.

"Sampah kayak lo itu harusnya dibakar! Biar hilang sekalian. Gak guna!" Mendengar itu Dara memberhentikan langkahnya, sebulir air matanya jatuh.

Dara memejamkan matanya, semakin mencengkeram erat tasnya. Hatinya mencelos mendengar kata-kata itu. Selama ini Dara tak berani hanya membalas hinaan mereka. Dara diam, mencoba tuli. Tapi Dara merasakan jika teman-temannya sudah sangat keterlaluan.

Mengabaikan hal itu, Dara kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Setibanya ia di kelas, semua terdiam mengamati Dara dengan mata jengah dan malas.

"Kucel banget sih lo," celetuk Vio— teman sekelas Dara, melirik Dara dengan sinis.

"Iya ihh! Pasti Dara bau," imbuh Rio seraya menutup hidungnya.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang