CHAPTER 34<USAHA DARA

3.8K 371 5
                                    

"Usaha aja dulu, urusan berhasil itu nomor kesekian."

Kedua remaja itu masih setia menatap buku-buku di depannya. Malam yang lumayan dingin ini tak membuat keduanya terusik. Tinta hitam legamnya sesekali mencorat-coret sembari menjelaskan pada seorang cewek yang nampak kebingungan. Cowok itu menoleh sekilas, lalu kembali fokus untuk mengajari cewek itu.

"Ini apa kok di garis bawah?" tanya Dara bingung. Pasalnya buku sejarah miliknya hampir penuh dengan garis bawah.

"Poin penting." Dara mengangguk kecil, mulai menatap Devon lamat. Bahkan Dara tak sadar jika ia sudah menyenderkan kepalanya diatas meja.

"Tampan," batin Dara seraya mengulum bibirnya.

"Lo belajar yang gue garis bawahi, hapalin." Mendengar seruan itu Dara tersentak, mengucek matanya beberapa kali.

Devon menyodorkan buku bersampul ungu itu, lalu cowok itu berpindah pada soal-soal nya. Dara yang melihat itu merasa dirinya terlalu menyusahkan.

"Maaf, aku nyusahin kamu,", cicit Dara, Devon lantas menoleh. "Harusnya aku nggak ganggu kamu. Aku emang bisanya nyusahin."

Devon menoleh, menggenggamnya erat tangan Dara. "Jangan bicara gitu!" tegur Devon.

Dara menggeleng samar. "Dev, kita gak selamanya gini. Aku dan kamu nggak bisa selamanya tinggal satu atap. Dan tentang kamu yang membela aku disekolah, banyak temen-temen yang curiga." Dara menggigit bibir bawahnya, menjeda ucapannya.

"Banyak yang bilang kalo aku berbuat aneh ke kamu. Apalagi sebelumnya kita gak pernah gini," lanjutnya.

Devon menghembuskan napas gusar. "Gak usah denger omongan orang."

"Aku nggak mungkin selamanya nyusahin kamu kayak gini, Dev. Aku pengen kembali bersama ayah, tapi kemungkinannya kecil."

Dara menatap bukunya sendu. "Hanya ujian besok harapan terakhir aku. Mungkin sebelum kesempatan terakhir untukku," katanya lagi.

Devon tak mengatakan apapun, ia hanya menepuk bahu Dara.

*****
Cewek sadari tadi mondar-mandir seperti setrika dengan membawa buku. Bibir mungilnya terus merapalkan kalimat-kalimat. malam semakin larut, tetapi nyatanya ia masih berseru gigih menghafalkan materi-materi itu.

Berulang kali ia melakukan itu. Sejujurnya matanya sudah terasa berat, tapi ia tahan. Demi nilai untuk sang ayah.

Baru kali ini Dara merasakan sensi belajar yang benar. Jika sebelumnya ia hanya membaca sekitar sepuluh menit, kini ia hampir lima jam belajar dari materi awal.

Detik jam terus berputar, tak lama rasa kantuk menyerang dirinya. Ia kembali mengucek matanya, menahan rasa kantuknya.

tanpa Dara sadari seorang cowok tengah mengamatinya dengan tersenyum tipis.

****

"Jadi?" Dara menaikkan tatapannya, menatap lekat temannya itu.

"Aku tinggal bareng Devon." Rea nampak terkejut, melebarkan matanya. "Aku diusir Oma. Dan, aku gak pernah tahu mau kemana lagi, sampe akhirnya dia datang mengajak tinggal bersama," lanjut Dara.

Rea menelan ludahnya kasar. "Lo gak diapa-apain kan? Lo ditampar? Di tendang? Atau?" Dara menggeleng cepat, menepis pemikiran buruk temannya itu.

"Dia beda. Aku mengganggap Devon itu aneh, Re. Dia susah ditebak." Rea mengerutkan keningnya. "Saat bersama aku, dia kayak bukan Devon. Tapi kenapa saat dengan orang lain dia jahat dan bengis? Kadang aku takut, dia marah sama aku." Rea mengusap lembut tangan Dara, menenangkan.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang