Asiyah - 18 - Penat yang Tak Tertahan

5.5K 583 270
                                    

Update lagi karena bab ini udah pernah ke up nggak sengaja. Orz.

Ini bakalan 100% happy end. Bertahanlah sama kelakuan Radi. Nanti dia akan dapat balasannya. Hahaha

Sikap Mas Radi yang kasar ketika aku bertanya soal PIN dan gawainya, membuat hatiku makin kacau-balau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sikap Mas Radi yang kasar ketika aku bertanya soal PIN dan gawainya, membuat hatiku makin kacau-balau. Tidak bisa dibiarkan! Jika begini terus, aku bisa gila! Harus ada penyelesaian dari masalahku ini. Secepatnya!

Namun, mau bagaimanapun aku mencoba bicara dengan Mas Radi, semua tidak membawa perkembangan apa pun. Aku yang selalu kehilangan kata-kata dan Mas Radi yang selalu memilih melarikan diri dan bersembunyi di balik pintu kamar yang terkunci rapat. Kami hanya semakin renggang. Tembok itu semakin tegak berdiri seolah tidak mungkin bisa dirubuhkan lagi betapa pun aku berusaha.

Aku harus bagaimana? Apa caraku memulai pembicaraan menyinggungnya?

Jika Mas Radi sungguh-sungguh berselingkuh di belakangku, apa yang akan kulakukan? Menangis? Berteriak memakinya? Menyerahkan kelima anakku padanya kemudian kutinggal saja mereka di bawah tanggung jawabnya sebagai ayah?

Aku tak yakin mampu.

Bagaimana pun juga, aku merasa kalau semua ini salahku. Ketidakmampuanku untuk mewujudkan mimpinya adalah salah satu alasan Mas Radi sampai berselingkuh. 

Ya, Allah. Jika memang Mas Radi berselingkuh, semoga saja baru sampai kencan biasa saja. Tidak sampai terjerumus dalam lubang zina besar. Namun, selingkuh hati juga sudah zina. Zina mata, zina hati, dan zina pikiran. 

Aku beristighfar berulang. Pikiran-pikiran buruk itu terus melayang-layang di sekelilingku. Seolah mereka tak ingin membuatku tenang dan berpikir jernih. Inikah mengapa wanita adalah makhluk yang dominan menggunakan perasaan? Aku tak suka, tapi tak bisa kulawan juga.

Tiba-tiba aku teringat Fatimah. Benar juga. Mungkin aku bisa berkonsultasi lagi padanya. 

Tak butuh waktu lama sebelum aku akhirnya mampir ke rumah adik iparku itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak butuh waktu lama sebelum aku akhirnya mampir ke rumah adik iparku itu. Tentu dengan membawa dua anak bungsuku ikut serta. Aku memohon pada Ummi untuk tetap tinggal di rumah bersama tiga anakku yang tertua. Alasan lain agar Ummi tidak mengetahui apa yang hendak kubicarakan dengan Fatimah. 

END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang