Roboh - 34 - Pertahanan yang kandas

2.5K 279 33
                                    

Kalau sekarang dapat 111 vote sebelum 24 jam, update lagi Sabtu.

Kalau enggak, Senin, ya! 😍

Jumat tetap up seperti biasa.

Tak sampai empat puluh lima menit, aku sudah tiba di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak sampai empat puluh lima menit, aku sudah tiba di rumah. Cuaca terik menghantam wajahku selama di perjalanan. Rasanya sedikit pusing. Pandanganku sedikit mengabur. Mungkin karena aku juga kurang tidur berhari-hari. Andre yang paling bersemangat dalam menyambutku. Dia langsung terdengar gaduh ketika suara gerbang terbuka masuk ke telinganya. Dengan gegap gempita anak itu berlari dan setengah melompat ke arahku.

"Anak saleh! Andre hebat bisa menjaga adik-adik" Aku memeluk erat anak kelas tujuh itu dengan penuh kebanggaan. Dia membalas dekapanku erat dan mulai bercerita bagaimana dia bisa menenangkan Yoyok dan Bagas yang bertengkar berebut mainan, juga bagaimana mereka nyaris lupa mengunci gerbang semalam.

Protes langsung dilayangkan Yoyok dan Bagas yang merasa kalau insiden itu sama sekali bukan kesalahan mereka. Ketiganya pun mulai saling menuduh dan menyalahkan sebelum aku akhirnya melerai dan mengatakan bahwa yang penting semua aman.

Maka ketiganya pun kembali berceloteh saling mendahului. Aku tertawa-tawa mendengar mereka mengoceh seperti kereta cepat yang tidak bisa dibendung.

"Sudah makan siang?"

"Sudah. Mas Andre belikan Pizza."

Aku melirik ke Andre heran.

"Papa yang kasih uangnya." Andre seolah tahu aku kaget karena mendengar makanan mahal itu.

Mulutku hanya membulat. Mas Radi pasti masih di kantor. Aku tak melihat mobilnya tadi. Ya, sudahlah. Fokus saja mengurus anak-anakku. Nanti sore, aku harus kembali agar Ummi bisa pulang. Aku tak ingin Ummi menginap di rumah sakit tanpa alas yang layak.

Pukul empat, aku mengirim pesan untuk Mas Radi menanyakan apa dia sudah mulai bekerja hingga belum pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul empat, aku mengirim pesan untuk Mas Radi menanyakan apa dia sudah mulai bekerja hingga belum pulang. Lagi-lagi terkirim, tapi tidak dibaca. Aku hanya bisa pasrah. Sudah tidak ada harapan bagiku untuk bertemu Mas Radi hari ini.

END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang