Akhir - 36 - Awal Kengerian

3.1K 311 136
                                    

Terima kasih untuk 123 vote!!
Shirei up lagi!

Selamat membaca!!

Hatiku tak karuan mendengar cerita Ummi barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatiku tak karuan mendengar cerita Ummi barusan. "Astagfirullah, anak-anak nanti kenapa-kenapa?" Aku duduk penuh kekhawatiran. 

"Ada Andre," balas Ummi santai. "Radi harus belajar kalau mau punya anak sepuluh. Ngurus lima aja ndak iso, kok nekat. Abinya dulu pinter dan tangkas kayak Eka. Ndak perlu ngandelin pembantu. Lha kowe kan ndak mau pakai asisten, kok dia masih nekat sepuluh anak padahal nggak turun tangan sendiri. Ndak kasihan sama istri!" 

Mau tak mau aku terkikik panjang. Ummi ternyata juga kesal pada sikap Radi. Hanya saja, mungkin beliau begitu menghargai privasi anak-anaknya.

Ummi akhirnya menjelaskan kembali bahwa 'tidak ikut campur' adalah cara yang ditempuhnya. Setiap keluarga punya masalahnya masing-masing. Sebagai orang tua, tugas Ummi selesai saat menikahkan anaknya. Setelahnya, dia hanya berani ikut campur seperlunya saja.

Soal poligami, Ummi menegaskan kalau akulah yang paling berhak berpendapat. Orang luar tidak boleh ikut campur. Aku harus punya keberanian untuk menolak keinginan Radi. Bukan orang lain, meski ibunya sendiri.

Kali ini aku hanya bisa tersenyum getir.

Dengan tidur cukup dan infus yang menyuplai cairan tubuh dengan lancar, aku bangun dengan perasaan lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan tidur cukup dan infus yang menyuplai cairan tubuh dengan lancar, aku bangun dengan perasaan lebih baik. Dokter pun mengizinkan aku rawat jalan, tapi harus langsung ke rumah sakit lagi jika demam. 

Aku pun pulang dengan perasaan tenang. Semoga anak-anakku semuanya baik-baik saja di tangan Mas Radi.

Sambutan meriah datang dari keempat anakku. Mirza masih tidur katanya. Aku tertawa membayangkan Mas Radi kelelahan menidurkannya. 

Dari dalam rumah terdengar langkah tergesa keluar. Mas Radi datang dengan rambut yang bahkan tidak disisirnya. Ada noda nasi dan tumpahan kecap di celananya. Aku mengangkat alis berusaha berekspresi setenang mungkin. 

"Akhirnya kamu pulang juga!"

"Jangan bikin Asiyah capek!" Ummi langsung menghalangi Mas Radi dari mendekatiku. "Biarin dia istirahat."

END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang