Kalau sekarang dapat 100 vote sebelum 24 jam, update lagi Sabtu.
Kalau enggak, Senin, ya! 😍
Sri mengalami kejang demam. Matanya menatap kosong sementara tubuhnya terus gemetaran. Bibirnya terlihat hampir membiru. Tarikan napasnya terasa tersendat-sendat. Aku menyambar jilbab dari gantungan, memasang selendang dan menaikkan Mirza di punggung. Tak perlu banyak waktu, aku menarik Sri dan mendekapnya erat. Kusambar tas yang sudah kupersiapkan dengan tangan kanan.
"Yok, tolong telepon Eyang. Tapi jangan sampai Kakek dan Nenek tahu, ya! Papa juga jangan diganggu. Lagi ada urusan penting." Aku menelan ludah sejenak. "Sekarang Mama mau ke rumah sakit."
Yoyok mengangguk sementara Andre langsung memesankan taksi daring. Aku sangat bersyukur Yoyok dan Andre sangat sigap dan langsung menghubungi Ummi. Aku pun mewanti-wanti mereka agar tidak boleh keluar dari dalam rumah, mengunci gerbang, dan mengabaikan panggilan dari siapa pun kecuali pesanan makanan dari ojek daring.
Allah memang Maha Baik karena taksi daring itu kebetulan baru saja menurunkan penumpang di kompleks perumahanku, sehingga langsung menerima pesananku yang berdiri di depan rumah dengan panik.
"Mau ke mana, Bu?" Pengemudi taksi tampak menyadari kondisi mendesak kami hingga membantuku menidurkan Sri di jok belakang. Kejangnya sudah berhenti. Namun tubuhnya terlihat lemas sekali. Suhu tubuhnya juga tinggi sekali. Mungkin hampir 40 derajat.
Aku pun menurunkan Mirza dan memangkunya, sementara tangan kananku memegangi tubuh Sri.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menyebutkan rumah sakit swasta terbaik di wilayahku yang kebetulan memang paling dekat dari sini. Di kepalaku hanya ada cara agar Sri bisa ditangani dengan cepat dan terpercaya. Rumah sakit langgananku untuk berobat selama ini.
Pengemudi taksi pun langsung memacu kendaraannya. Menyelip-nyelip di antara mobil dan berkali-kali menekan klakson agar semua pemotor menyingkir ke kiri. Mungkin jika ada sirine, dia sudah akan memasangnya di atap mobil.
Aku begitu ceroboh tidak mengawasi suhu Sri setiap minimal satu jam. Tadi aku terlalu asik mengobrol dengan Mas Radi. Sesuatu yang sudah lama kurindukan, tapi justru membuatku lengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
END Rahim untuk Suamiku
Ficción General[18+ NOVEL DARK RELIGI] Darah yang membasah tak jua membuatmu peduli. Nyawaku mungkin sudah tak lagi berarti. Kau inginkan keturunan yang akan menyelamatkanmu di dunia dan akhirat. Namun, rahimku tak lagi mampu memenuhi keinginanmu. Ia pergi dituka...