Bab 8 - Aku memang milik suamiku. Namun, suamiku milik ibunya.

6.8K 696 103
                                    

️⚠️⚠️⚠️

Nambah ke 90 Vote dalam 24 jam, langsung up
(Total vote jadi 500)

Nambah ke 90 Vote dalam 24 jam, langsung up(Total vote jadi 500)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mirza tampak tidak tenang malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mirza tampak tidak tenang malam ini. Semua karena aku hanya menyalakan kipas angin. Penghematan listrik pikirku. Biasanya aku harus membayar hampir dua juta untuk listrik di rumahku dalam sebulan. Namun, ternyata keputusanku salah. Mirza yang terbiasa di suhu dingin, jadi rewel. Akhirnya aku pun mengalah dan kembali menyalakan pendingin ruangan.

Mungkin aku memang harus melakukan penghematan yang lain. Seperti membeli bahan masakan dalam batch besar, atau berjualan demi menyambung biaya sekolah anak-anakku kelak. Karena itu, aku memutuskan untuk berdagang nasi uduk meski tanpa restu Mas Radi.

Apa tindakanku ini salah?

Bukankah segala sesuatu harus dengan izin suami?

Pagi hari, meski setengah mengantuk, aku mulai mencoba memasak nasi uduk untuk Mas Radi, Ummi, Fatimah, dan juga Eka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari, meski setengah mengantuk, aku mulai mencoba memasak nasi uduk untuk Mas Radi, Ummi, Fatimah, dan juga Eka.

"MasyaAllah gurihnya pas banget, Mbak!" Fatimah memandang takjub. "Nanti ajarin resepnya, ya!"

"Kamu mau jualan juga?" Aku tampak bersemangat. "Boleh, nanti aku bagi resepnya."

"Ndak, nanti Fatimah tambah gemuk kalau jualan nasduk," seloroh Eka sambil menjawil pipi istrinya penuh kasih.

END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang