Klimaks - 40 - Segala yang Berubah

7.6K 393 128
                                    

Masyaallah 160 vote!!!!

Siapin tisue bab ini.... Atau masih mau misuh-misuh? 🙈

Kalau sekarang dapat 150 vote sebelum 24 jam, update lagi Ahad.

Kalau enggak, BAB TAMAT AKAN RABU, ya! 😍

Senin Shirei mau ada ujian di Sulung.

Pertanyaan Ummi barusan membuat Radi kembali merenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertanyaan Ummi barusan membuat Radi kembali merenung. Mengorek serpihan kejadian yang terasa carut-marut beberapa bulan belakangan.

Apa dirinya yakin kalau Asiyah yang menginginkan poligami?

Kapan Asiyah memintanya poligami? Ingatan Radi kembali ke hari di mana Asiyah membawa pie susu ke kamar. Ah, dia justru mengusirnya. Dirinya memang tidak suka kalau ada yang makan di kamar tidur. Namun, Asiyah mungkin berpikir kalau dirinya ingin makan di kamar saja. 

Kalau dipikir, memang saat itu dirinya sering mengurung diri di kamar menyusun proposal tender yang hendak diujiankan. Proposal yang menentukan masa depan kariernya. Juga bagaimana dia harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Bajingan itu memfitnahnya!

Setelah itu, Asiyah mulai rewel bertanya tentang kenapa dirinya terlihat dingin. Padahal masalah pekerjaan dan tuntutan polisi mau tak mau membuatnya banyak berpikir dan berdiam diri. Dirinya butuh waktu untuk merenung serta mencari solusi agar tidak dipenjara dan bisa tetap menafkahi keluarganya. Dia tidak ingin diganggu! Wajar, 'kan?

"Kamu sudah dengerin apa kemauan Asiyah?" Suara lembut Ummi entah kenapa terasa kembali menyentak.

Radi kembali termenung. Kalau dipikir, apa sebenarnya yang Asiyah ingin bicarakan, ya? Dia tak begitu ingat. Yang ada dalam ingatannya hanya ketika Asiyah mengusulkan untuk poligami.

"Apa kamu bener-bener pernah dengerin Asiyah ngomong? Atau semua cuma kesimpulanmu sendiri? Apa kamu yakin Asiyah ikhlas kamu nikah lagi? Apa kamu percaya kalau Asiyah ndak pernah sekali pun cemburu?"

Pertanyaan itu lagi-lagi membuat Radi membayangkan wajah yang entah kenapa tak begitu melintas dalam ingatannya. 'Memiliki pekerjaan baru dan sepuluh anak' hanya itu yang ada di kepala sejak perusahaannya kolaps dan fitnahan itu menerjangnya. Dirinya sampai detik ini masih percaya, memiliki sepuluh anak akan membuat hidup mereka mapan bahagia. Tidak ada lagi pengkhianatan. 

Buktinya, setelah dia berencana poligami, kasus korupsi itu selesai dan dirinya mendapat pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Bahkan mendapatkan fasilitas yang fantastis!

Bukankah ini semua demi kebahagiaan Asiyah? Dia akan melakukan apa pun agar istri tercintanya tidak menderita seperti Ummi!

Namun, apa benar Asiyah ikhlas? Tiba-tiba dia merasa ragu.

END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang