Sesak - 33 - Mimpi Buruk Terus Menghantui

2.1K 272 74
                                    

Kalau sekarang dapat 100 vote sebelum 24 jam, update lagi Kamis.

Kalau enggak, Jumat, ya! 😍

Bahkan ketika jatuh tertidur, mimpiku sama sekali tidak membuat lelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan ketika jatuh tertidur, mimpiku sama sekali tidak membuat lelap. Aku seperti dikejar-kejar sesuatu yang entah apa. Bayangan hitam, menakutkan. Seolah ada kematian mendekat ke arahku.

Aku berusaha berlari, tapi kakiku seperti berada dalam lumpur isap yang membuatnya bergeming erat. Ke mana aku harus mencari tempat berlindung? Aku bahkan tak bisa mengingat kalimat ta'awudz. Ya Allah, aku hanya bisa beristighfar berulang ketika bayangan itu mendekat dan terus mendekat.

Mimpi ini terasa nyata. Aku tahu ini mimpi, tapi aku tetap merasakan kengeriannya dan aku bahkan tak bisa memaksa diriku bangun. Napasku memburu dengan debar jantung yang seolah terdengar begitu keras memantul-mantul di dalam tengkorakku. Aku bisa merasakan tangan dinginnya menekan dadaku. Membuatnya sesak.

Saat itulah, kesadaranku kembali. Mataku terbuka dengan napas memburu. Dadaku berdebar tak karuan. Keringat dingin mengucur dari pelipis.

Aku berusaha duduk dan meraih botol minum di nakas. Dengan gemetar kuputar tutupnya dan bergegas menenggak air sebanyaknya sembari terus beristighfar dalam hati. Aku berharap agar semua gemetar ini menyingkir pergi.

Rasa ngerinya masih terbayang-bayang. Kulihat gawaiku yang menunjukkan pukul setengah empat subuh. Ternyata masih jauh dari fajar. Aku belum kesiangan untuk salat Subuh.

Akan tetapi, aku kecewa. Tidak ada satu pun pesan dari Mas Radi. Aku menghela napas.

Apa dia begitu tak peduli pada nasib anak-anaknya?

Kuhabiskan sisa malam dengan salat tahajud. Merendahkan diri sembari terus berdoa agar Allah mengangkat semua penyakit Sri dan Mirza.

Pukul tujuh ketika akhirnya Sri dan Mirza sudah sarapan dan meminum obatnya, aku mengirim pasan pada Mas Radi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul tujuh ketika akhirnya Sri dan Mirza sudah sarapan dan meminum obatnya, aku mengirim pasan pada Mas Radi.

'Mas, bisa tolong gantian sebentar? Aku mau pulang sebentar mandi dan ambil baju. Sama tolong bawakan kipas angin kecil. Anak-anak kepanasan di ruang 3.'

END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang