Bab 7 - Apa kami mampu bertahan jika Mas Radi kehilangan pekerjaan?

6.2K 707 126
                                    

Aku terdiam menatap surat pemberhentian kerja yang kusut di tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terdiam menatap surat pemberhentian kerja yang kusut di tanganku. Ummi pun hanya diam dan memilih mengambil alih mengurus Mirza. Ditepuknya punggungku dengan lembut menandakan agar aku masuk rumah. 

Mungkin wajahku terlihat sangat kacau hingga Ummi tidak tega. Aku ingin menangis, tapi ini masih di jalan umum. Apa kata tetangga nanti jika ada yang melihat? Jangan sampai ada gosip tidak sedap gara-gara tingkahku. 

Jika Mas Radi melampiaskan semua kekesalannya dengan mengurung diri di kamar, aku hanya bisa termangu menatap surat yang kini kusut di tanganku. Dengan langkah gontai, aku memanggil Sri untuk masuk. Ummi pun menyusul ke dalam sembari menggendong Mirza. 

Ummi tak banyak bicara kala menimang Mirza dan berjalan di sebelahku sementara aku menuntun Sri. Pikiranku mengembara. Untung saja Mirza sudah mengantuk hingga langsung bisa ditidurkan, sedangkan Sri seperti biasa kembali sibuk dengan alat-alat gambarnya. 

Maka hari ini pun aku lalui dalam kehampaan. Mas Radi sama sekali tidak keluar dari kamar bahkan untuk makan. Memang di kamar utama ada lemari es mungil berisi camilan. Mungkin Mas Radi sudah kenyang karena itu.

Atau mungkin juga Mas Radi kehilangan nafsu makannya setelah menghadapi berita buruk tadi.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Selepas salat Magrib, aku hanya duduk termangu di bangku tepian kolam renang.

Riak air jernih terasa begitu tenang. Lampu taman menyala samar. Udara dingin malam ini membuat nyamuk menjadi tak betah. Biasanya kami menyediakan raket listrik untuk membunuh nyamuk yang datang. Tempat yang nyaman bagiku dan Mas Radi dulu berbincang. 

Setelah mencari info seharian tadi, aku akhirnya mengetahui kejadian sebenarnya. Aku tak pernah menyangka, perusahaan yang mempertemukan kami berdua mengalami pailit. Direktur utama di cabang Indonesia terjerat kasus korupsi yang merugikan perusahaan hingga dua triliun rupiah. Tak ayal lagi, kantor pusat di Kanada memutuskan menutup cabang di Indonesia. Tentu saja semua berimbas pada pemutusan hubungan kerja bagi semua karyawan.

Parahnya lagi, tanpa pesangon sedikit pun.

Kalau diingat, kolam di hadapanku dulu dibuat saat Mas Radi mendapat bonus setelah berhasil memenangkan tender besar. Masih terbayang betapa dia bahagia dan berkata agar aku dan anak-anak bisa berenang sendiri tanpa takut terlihat auratnya oleh orang lain. 

Dia tahu sebelum berjilbab, aku sangat suka berenang. Katanya merepotkan kalau harus ke kolam khusus wanita, sementara anak kami akan banyak. Siapa yang akan membantunya mengawasi anak-anak di kolam? Betapa dia begitu peduli padaku.

 Siapa yang akan membantunya mengawasi anak-anak di kolam? Betapa dia begitu peduli padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
END Rahim untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang