XIX

150 34 22
                                    

"Maaf Mas tadi lama," ucap Mima dengan bibir maju. Bian tertawa melihat ekspresi perempuan yang kusut itu. Bian mengambil ransel Mima dari punggungnya.

"Santai ajaa. Emang tadi napa to dek?"

"Biasa sih kayak ngomong terima kasih ke panitia gitu," jawab Mima beralasan. Bian menganggukkan kepala tanpa bertanya lebih lanjut.

Mereka pun berjalan pelan menuju parkiran. Angin bertiup cukup kencang, menyapu tengkuk Mima yang terbuka. Senyum Bian merekah lagi begitu mereka sampai ke motor yang ia parkirkan. Mima menatap motor itu dengan perasaan mengganjal.

"Ayo naik Mim-"

"Ini motor Mas Bian?"

"Oh? Bukaan. Motor Bastian ini,"

Ingatan Mima berputar pada kejadian kemarin. Gimana Bastian nemenin Mima nyari pertolongan, caranya Bastian nemuin Mima. Tapi tunggu, waktu itu...

Sekujur tubuhnya membeku begitu ingat apa yang dia lakukan begitu ketemu Bastian. Mima buru-buru menutup mulutnya.

Bodoh! Bodoh banget Yemima!

Dia pun naik ke bangku belakang motor dengan pikiran penuh. Sementara itu, Bian gak bisa menahan senyumnya saat Mima naik ke jok belakang.

Selama perjalanan, bayangan Bastian muncul di benak Mima tanpa diperintah. Cuaca Salatiga yang dingin seakan membantunya mengingat tiap detail yang ia lalui bersama laki-laki itu.

Bahkan pertama kali dibonceng cowok pun sama Bastian. Pake motor ini.

Mima duduk dengan diam. Rasa lelah menghinggapi tubuhnya dengan cepat. Bahkan saat ditawari makan bareng sama Bian pun Mima menolak. Dibungkusin pun gak mau. Rasa cintanya untuk tidur lebih besar dari cintanya buat Bian. Cukup dengan minum susu kotak di kos dan Mima siap melimpahkan rasa lelahnya di kamar.

Sesampainya di depan kos, Mima turun dan membuka pintu pagar kosnya tanpa ba bi bu. Bian cukup heran karena anak itu kelihatan gak sehat.

"Mim biar tak-"

"Gakpapa kok Mas. Oh ya maaf aku diem thok dari tadi,"

Bian tertawa canggung sembari mengibaskan tangannya.

"Santai aja dek. Istirahat sana," ucapnya melemah.

Gak lama setelah itu, bayangan Mima menghilang ke dalam area kos. Bian menatap pintu pagar yang tertutup dari atas jok motornya.

Ah yo namanya lagi capek.

Dia mengucapkan kalimat itu berulang-ulang, namun rasa kecewa gak kunjung pergi dari hatinya.

---

Bastian menuruni tangga aula dengan cepat, menyusuri parkiran dan nimbrung bareng teman-temannya yang lagi ngerokok. Almamater krem yang ia pakai dilepasnya dengan kasar.

Beberapa anak BPMF duduk di ayunan sembari menyalakan koreknya, sementara yang lain membawa piring makan malamnya ke taman. Bastian harus mengakui kalau suasana organisasi gak se-memuakkan yang ia kira.

Pukul sembilan malam. Harusnya hari ini Mima udah pulang dari makrab. Dia berniat menghubungi Mima tapi takut ganggu. Namun sebuah story WA membuat Bastian berubah pikiran. Story pertama Mima!

Bastin hampir melompat karena nomornya disimpan sama Mima. Dia berdiri dari kursinya, mondar-mandir sambil berpikir kata-kata yang pas buat menanggapi story itu. Duh mana mukanya imut banget di story. Jadi gak fokus!

udah selesai makrabnya?|

Gak. Hapus bangsat, keliatan bego. Ya iyalah udah selesai!

akhirnya selesai juga hehe|

Knowing EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang