"Di mana rapatnya?"
"G102,"
Baru satu pertanyaan yang lolos dari mulut Mima setelah kejadian di warung makan tadi. Mima belum mampu memproses semuanya. Bian justru kelihatan gak ada beban. Waktu parkir motor, nyapa beberapa orang di hall student centre, atau beli minum di unimart, yang ia tampilkan hanya senyum yang biasa Mima puja-puja.
"Kamu mau lihatin aku thok sampe pulang?"
"Eh..hm..enggak,"
"Kayak mau nanya gitu,"
"Gak nanya sih,"
"Terus?"
Serius aku harus jelasin?
"Mas setelah ngomong itu gak kerasa beda?"
"Ngomong apa?"
"Halahh yang tadi abis maem,"
"Oh hahaha,"
Malah ketawa.
Untung sekarang lagi di tangga. Kalau engga Mima udah narik kerah baju Bian buat nyubit pipinya.
"Ya kenyataan e gitu. Keroso bedo piye?"
Mima menyipitkan mata dan naik satu anak tangga, "Mas habis ngomong suka sama aku lho, gak inget?"
"Inget kok," ia naik selangkah dan mencubit pipi Mima, "Cantik,"
Beneran bikin jengkel. Bian gak tahu butuh berapa lama Mima mengatur denyut jantungnya. Enak banget bilang suka, senyum, nyubit pipi begitu aja. Kadang Mima nanya sendiri dalam hati.
Apa semua cowok emang gini?
---
Mima belum pernah ikut rapat. Palingan denger sayup-sayup kalau Mas Bian telpon.
Di dalam, udah banyak orang. Mima gak lihat ada anak FH satu pun kecuali dia dan, oh, Kak Wira bandmate nya Bian.
G102 jadi salah satu ruangan unik di UKRISTA. Bentuknya sama kayak F104 di gedung fakultasnya. Model auditorium, dengan meja melingkar di depan mirip meja panelis untuk pertemuan penting. Ada mimbarnya juga.
Bian menyapa semua orang di situ, lebih tepatnya disapa semua orang. Mima yang di belakang cukup ngekor sampai duduk.
"Wir!"
Yang di sapa mendongak dan menaikkan alis, terhenti sebentar saat melihat Mima di balik punggung Bian. Untung Bian milih kursi di samping Kak Wira. Kebanyakan panitia yang Mima yakin bukan 'gerombolan pengganggu'.
"H-halo, Kak"
Sapaannya hanya dibalas anggukan yang sama. Kayaknya Kak Wira berisik kalau ada temennya. Itu observasi ngawur Mima aja sih.
Mima gak memperhatikan obrolan Bian dan Kak Wira lagi. Dia teralihkan dengan hal lain.
Obrolan panitia.
Pacarnya?
Gatau.
Anjir belom-belom duduknya barengan?
Sengaja banget ya?
Kayaknya Wira kenal.
Anak FH katanya.
Kemarin aku lihat dia di LK sama temennya. Berisik banget.
Kak Wira merasa kalau namanya dipanggil.
"Ngopo Wir?"
"Kek ada yang manggil,"
Mima diam aja karena tahu Wira bukan dipanggil. Dia ikut digosipin. Awalnya ia berusaha bodo amat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing Everything
Teen Fiction"saat manusia merasa tahu segalanya" Mima kembali ke Salatiga untuk kuliah. Bukan keinginan, tapi karena Tante yang meminta. Mima berusaha supaya latar belakang keluarga gak mempengaruhi penilaian orang atas dirinya. Dalam usaha mencari jati diri, i...