Hai semua, Tara is bacc!! Sebelumnya mohon maaf karena aku ga update selama kurleb satu bulan. Aku harap antusiasme teman-teman untuk cerita ini masih ada. Maaf udah nunggu, kalo ada yg nunggu haha. Selama pembuatan chapter ini, aku berusaha mengubah gaya menulisku, tapi aku berharap teman-teman gak keberatan dan ceritanya masih nyaman dibaca. Jangan ragu buat kritik aku dan beri masukan eaa. Okedee, tanpa berlama-lama, selamat membaca! (Jangan lupa vote dan comment hihi)
-----
Bastian mencari korek di dalam kantung celananya, namun benda keramat itu gak kunjung ketemu. Ezra udah duluan, jadi ia masuk sendiri.
Gak seperti biasa, mereka istirahat sambil nonton bola dari kantin bawah yang pemandangannya langsung menghadap lapangan bola.
Bakal ada pertandingan bola antara fakultasnya dengan fakultas pertanian. Meski cuma pertandingan persahabatan, tentu gak ada pertandingan yang gak seru.
"Sini Bas!" seru Ezra yang duluan anteng dengan es teh nya.
Bastian mendekati kawannya yang kumpul sama anak fakultas.
"Eh lu ada jadwal semester depan?" tanya Bastian tiba-tiba, membuat yang ditanya mengerutkan dahi.
"Belom. Liat aja di grup angkatan,"
Bastian mengangguk polos. Niat menyusun jadwal harus tertunda sebentar. Rencananya, Bastian akan ngambil kelas Bahasa Indonesia. Jadi dia punya alibi buat ngambil kelas yang sama dengan Mima.
Pertandingan terlalu seru, sampai-sampai 15 menit Bastian hilang tanpa memesan satu makanan pun. Karena perut yang mengamuk, ia mengalihkan pandangan ke dalam kantin dan tanpa sadar melihat Mima berjalan dari arah gedung fakultasnya.
Memang Tuhan sudah berkehendak!
Bastian hampir bangkit dari kursinya saking gembira, gak menyadari satu orang yang ada di belakang Mima. orang yang paling ia benci untuk sekarang.
"Lah anjing,"
Kehendak Tuhan apaan? Orang jalannya bareng setan gitu.
Bian memang selalu nempel sama Mima akhir-akhir ini. Entah di gereja, atau di story. Bastian sampai harus mute story teman kontrakannya itu saking cemburu. Sepertinya Bian gak akan mundur.
"Ga jadi pesen makan lu?"
"Ntaran nonton dulu,"
"Lagi istirahat bodoh!" tukas Ezra memukul kepala Bastian dengan makalah yang digulung.
Bastian mengerjapkan bulu mata sambil melihat lapangan yang kosong. Rasa cemburu beneran bikin buta hati dan buta mata.
Ezra berdecak dan menggeleng. Jatuh cinta membuat orang jadi gila, sedikit. Bastian aja yang ngambil jatah kebanyakan.
Cowok sok menderita itu berjalan gontai buat pinjam korek di dalam. Ia melirik etalase makanan warteg yang itu-itu aja. Bosen.
"Ja, mau mie ayam gak?" serunya dari seberang kantin. Eja melambaikan tangan dengan kasar. Bastian pun menyulut sebatang rokoknya sambil berjalan kecil. Masih berkutat dengan pilihan makanan, Bastian gak sadar seseorang memanggil dirinya.
"Oit Kak!"
Bastian melirik dan kaget sampai-sampai tersedak asap rokoknya sendiri. Semua orang di kantin menatap aneh dirinya yang batuk-batuk dan memukul dadanya sendiri. Orang yang memanggilnya berlari kecil sambil mengibas-kibaskan tangan karena asap.
"Ck, kakak ga kenapa-napa?" tanyanya. Ya siapa lagi? Mima lah.
"Ealah le le, ini minum dulu!" sahut Bu Kantin sembari tertawa. Ezra menatap dari kejauhan dan menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing Everything
Teen Fiction"saat manusia merasa tahu segalanya" Mima kembali ke Salatiga untuk kuliah. Bukan keinginan, tapi karena Tante yang meminta. Mima berusaha supaya latar belakang keluarga gak mempengaruhi penilaian orang atas dirinya. Dalam usaha mencari jati diri, i...