XIII

148 39 24
                                    

Hai semua balik lagi sama cerita Knowing Everything. Jangan lupa vote dan commentnya ya, ga dipungut biaya apapun kok hihi

_________

Seharusnya sore ini Mima udah rebahan di kasur kos. Tapi apa daya, makrab bikin Mima gak bisa santai. Ada kerja kelompok makrab, disambung pertemuan buat penampilan angkatan. Acaranya tinggal dua minggu lagi, persiapan jadi semakin padat. Mima berjalan gontai melewati samping BU dengan tampilan yang sangat sederhana. Kaos abu-abu terang, legging hitam panjang, rambut dicepol jedai.



Ia menyusuri jalan kampus, menuju kostan salah satu temannya yang tepat di seberang kampus. Kostan Mima letaknya di belakang kampus, cukup jauh sampai harus memutar kalau mau ke jalan besar. Jadi biar cepat, Mima memotong jalan lewat kampus. Belum sampai di gerbang depan, ponselnya bergetar.



Tante Sonya.



"Halo"



Halo? Dek! Halo, dek!



"Iya, Tante. Gimana?"



Adek dimana? Masih di Salatiga?



"Iya. Kenapa, Tan? Mau ke sini?"



Minggu kemaren Adek ndak pulang ya?



Mima menghela napas panjang. Dia tahu habis ini Tante Sonya bakal ngasih cemarah panjang soal kesehatan Eyang yang kurang bagus. Terakhir Mima pulang ke Solo dua minggu lalu, itu pun harus balik minggu sore karena ada kerja kelompok makrab. Kuliahnya memang gak padat, tapi banyak tugas dan acara yang harus Mima ikuti.



"Iya, adek gak sempet pulang-"

Kan Tante dah chat. Ndak ada orang jaga Eyangmu. Kemarin udah ditelponnya anak Mbak Sulis pun ndak ada yang datang. Tengoklah dulu Eyangmu dek. Datang lah sehari dua hari.



"Tante, minggu kemarin adek banyak tugas. Hari Jumat deh adek sempetin pulang. Abis kelas jam 11," jawab Mima setengah malas.



Kamis lah dek. Gak usah kongkow-kongkow sama anak kampus. Empat tahun pun nanti adek sama mereka. Eyangmu cuma satu.



Mima mendengus kasar. Minggu-minggu ini tugas semakin gak bisa ditoleransi. Apalagi banyak keperluan makrab yang memakan biaya lebih. Mima cukup sayang kalau uangnya kepakai untuk pulang pergi Salatiga-Solo.



Telpon berlanjut dengan sesi ceramah Tante Sonya. Mau gak mau, Mima harus mendengar omelan yang baru berhenti saat Mima sampai di kos temannya.

Moodnya langsung turun, bahkan buat ngomong aja udah malas. Teman-temannya pun bisa merasakannya.



"Napa Mim? Kutengok kek gadak nyawamu di sini," ujar Lukas tiba-tiba.



Mima memincingkan matanya, berdecak pelan. Gak ada kata lain yang bisa dia ucapkan selain ngantuk. Mima gak bohong. Habis kelas tadi siang, Mima buru-buru nyuci baju dan bersihin kamar kos. Makan aja telat.

Untung teman kelompoknya mau berbaik hati ngasih cemilan buat anggota yang lain. Paling engga, Mima gak laper-laper banget.



Di sela-sela latihannya ponsel Mima berbunyi. Abangnya nge-chat minta untuk telpon.



Emang tadi gimana?



"Ya gak gimana juga bang. Aku cuma bilang gabisa pulang. Malah tante marah-marah,"



Ya mama emang lagi banyak pikiran sih. Di sini juga sama aja.



"Tapi gak harus dikasih semua ke aku dong bang. Aku bukannya main juga di Salatiga"

Knowing EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang