Bab VII : Karnaval

180 49 13
                                    

Mima menghubungi Sani yang entah bawa ponsel atau engga. Kalau ponselnya model kostum sih bakal dititipin ke tim.

Mima mencoba mengirim WA, gak ada respon sama sekali.

Padahal Mima mau lihat Sani pakai Hanbok. Sani emang blasteran. Mamanya Sani orang korea asli, tapi udah tinggal lama di Indonesia.

Papanya Sani orang Solo, jawa sih. Tapi tipikal jawa yang sipit-sipit. Sani juga punya nama korea.

Meskipun udah bercampur sama darah lokal, penampilan Sani memang oriental banget.

Setelah melihat data Sani waktu pendaftaran, pihak kampus langsung menghubunginya untuk ikut tim parade adat.

Sayangnya, Sani harus ngurus semua keperluan pakaiannya sendiri karena di Salatiga ga ada persewaan hanbok.

Makanya sepanjang persiapan Sani lumayan sibuk. Harus milih warna yang pas, kalau kata mama Sani.

Mima pikir sesi gossip bakal berhenti saat panitia karnaval membagikan konsumsi untuk tim.

Ternyata ia salah, bahkan saat sesi istirahat pun pembicaraan berlanjut, malah nyebar ke mana-mana.

Sebenarnya Mima udah capek denger gossip yang itu-itu aja. Cemburu lebih tepatnya.

Gantian fasilitator dan koordinatornya yang bercerita banyak. Sedangkan Donita duduk diam di samping manekin tempat sayap kupu-kupunya berada.

Tangan kanannya sibuk dengan ponsel,  tangan kirinya menyuapkan potongan kue yang disediakan panitia.

Mima cukup lama memperhatikan Donita. Dia tinggi, tipe matanya foxy, dan tulang-tulang wajahnya tegas.

Donita punya tipe cantik yang elegan dan dewasa, baik dari fisik maupun sikap.

Selama gossip tadi Donita cenderung tenang, cuma menambahkan beberapa informasi umum. Beda sama koordinatornya yang kelihatan benci banget sama Nike.

Tapi di balik itu, Mima bisa ngebaca ekspresi Donita yang bitchy dan meremehkan.

Koordinatornya mulai dengan rumor Nike yang jadi anak emas di FISKOM, pengurusan karnaval yang sempat kacau, persiapan welcoming party beberapa hari lagi, sampai bahas cogan-cogan kampus yang katanya sih, "Kalian harus tau mereka siapa!"

Mima gak terlalu peduli sama cogan setelah matanya kepincut sama Bian. Tapi ternyata cowok itu jadi salah satu yang dibahas juga.

Namanya cewek, selalu ada tempat buat bahas tentang love life dan orang cakep.

Dugaan Mima dan Sani benar, Bian memang terkenal. Tahu sih, dia berpengaruh dan termasuk anak hits.

Tapi Mima beneran gak nyangka kalau Bian seterkenal itu. Jangankan mahasiswa, cleaning service fakultas TI yang gedungnya jauh di pucuk gunung aja pasti kenal.

Gak cuma pinter, Bian juga sering dipercaya buat handle acara-acara besar. Bahkan katanya Bian udah diincer salah satu EO terkenal di Semarang.

Dia juga kerja di café di kawasan Kemiri II, gak jauh dari kampus.

Gak salah kalo Mima suka sama Bian, wong cowoknya multitalent gitu, kerjanya juga jelas.

Bian deket sama banyak orang. Hal ini bikin Mima semakin yakin kalau Sani benar. Gak masuk akal kalau orang sekelas Bian punya waktu buat deketin Mima gak ada keren-kerennya.

Kemarin Bian cuma ngelakuin tugasnya aja, gak lebih. Apalagi denger kalau Bian sama Nike deket. Mima mah kalah!

Ngomongin Nike, pembahasan tentang perempuan itu juga gak bener-bener hilang. Nike satu tingkat di atas Mima, artinya dia seangkatan sama Ezra dan Bastian.

Knowing EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang