23 "My Mine"

96 16 0
                                    

Halooha....

-Happy Reading-

Terkadang, hal yang ingin kita miliki tak seutuhnya mampu kita genggam.

🌹🌹🌹

"Kau memang selalu membuatku cemas, mengapa kau malah main ayunan saat hujan turun?" tanya Jungho dengan nada suara yang khawatir.

Namun Gaeun seakan tak menampik pertanyaan Jungho, membuat pria itu pun ikut terdiam. Seakan mereka saling menyimpan perasaan tak menentu dalam kebisuan. Berselang waktu lima belas menit, Gaeun menggenggam tangan Jungho dan menoleh ke arahnya. Kini mereka saling menatap dengan sangat lekat, seakan-akan mereka ingin berbagi perasaan yang terpendam dan menjadi sebuah beban besar dalam perjalanan kehidupan mereka.

"Oppa, aku ingin pulang!" pinta Gaeun, membuat Jungho mengangguk dan mengantar gadis itu pulang dengan tangan yang saling berpaut erat.

Dalam perjalanan di bawah hujan yang terus bergelud dengan tanah, mereka melangkah dengan harapan dalam diam. Namun berbeda jauh dengan tatapan Jungho yang terus lekat pada wajah bagian kanan Gaeun. Ia seolah-olah merasa kasihan dengan wanita ini, yang terobsesi untuk meraih cinta pertamanya. Hingga langkah mereka terhenti di gerbang utama rumah Gaeun.

"Ingat keramas, lalu tidur ya!" pinta Jungho pada Gaeun yang kini lekat memandang matanya.

Mengapa hanya oppa sejak dulu hingga sekarang berdiri disisiku? tanyanya membatin. Lalu seketika ia teringat pada permintaan Minjae, menjadikan dirinya sebagai pujaan hati Gaeun kala silam.

"Apa ada hal yang menganggumu?" tanya Jungho dengan tatapan teduh.

"Tidak, oppa kau bisa kembali! Gomawo," ucap Gaeun memasuki rumahnya. Jungho belum beranjak dari posisi berdirinya.

Ia merasakan hal yang dilakukannya salah, disini yang nampak menderita adalah Gaeun. Jauh dari perasaannya yang merasakan hal yang sama juga. Namun dirinya berusaha seakan baik-baik saja.

"Berapa lama lagi kau akan berbohong dan memainkan permaianan perasaan ini?" tanya Jungho, lalu membuang muka ke arah jalanan setapak dan mulai melangkah dengan gontai.

***

Eunwoo dengan menenteng bungkusan di tangannya melangkah menuju Jieun yang terduduk di sebelah ranjang rawat ayahnya. Yang dimana keadaan Jieun saat ini sedikit tenang dari sebelumnya, walau belum seutuhnya moodnya membaik. Ia masih trauma dengan kenangan tragedi yang menimpa ibunya waktu itu. Menghantui pikirannya adalah jika trauma itu kembali terjadi pada ayahnya. Notabena saat ini orang yang amat disayanginya adalah Tuan Kim dan Minjae.

"Noona, makanlah ini. Kau pasti lapar," kata Eunwoo penuh perhatian, bersamaan dengan hal itu perut yang keroncongan itu mengomel.

Eunwoo pun terkekeh dengan suara perut itu, dan Jieun malah mengambil kotak makanan dari tangan Eunwoo. Lalu melahapnya dengan nikmat, seakan hanya dirinya yang memiliki makanan itu. Akan tetapi di sela makannya, bibir sayu itu tetap muncul. Membuat Eunwoo nampak sedikit risih memandangnya. Hingga terlintas di otaknya untuk melakukan hal imut di depan sang kekasih.

"Naega neomu joha, eoteokhe eoteokhe. Naega neomu yeppeo, eoteokhe eoteokhe, narang manna bollae, eoteokhe saenggakhae? Janmal malgo malhae, jeodhago jeodhago. Kkkk, Saranghamnida Jieun noona," keimutan yang berhasil mengundang tawa Jieun.

Akhirnya dari sekian hal yang dilakukan Eunwoo, membuahkan hasil. Dari keimutan yang ia lakukan, membuat senyum di bibir Jieun kembali hadir.

"yeppeo," ucapnya, dan Jieun tersipu malu akan ungkapan tulus muridnya itu.

Usai menikmati makanan, Jieun dengan semangat mengajak Eunwoo pergi ke roftop rumah sakit. Pria yang notabena adalah kekasihnya yang selama ini nampak seperti seorang adik baginya. Mereka duduk di sebuah bangku memanjang yang mengarah ke bangunan tinggi di depan gedung rumah sakit.

"Lihatlah bintang itu!" pinta Jieun, dengan tangan yang menunjuk ke arah bintang yang dirinya maksudkan.

"Sangat cantik, apa noona menginginkannya? Aku akan mengambilnya untukmu," kata Eunwoo membuat Jieun tersenyum tipis lalu menggeleng.

"Bukan begitu maksudku, aku ingin kau bersinar seperti itu. Walau tanpa adanya diriku disisimu!" jelas Jieun, membuat Eunwoo menggeleng lalu memeluknya dari samping.

"Noona kita tak akan pernah terpisahkan," tegas Eunwoo dan menenggelamkan wajahnya di bahu Jieun.

Sepoian angin memberi sedikit kesejukan malam itu. Di kala Jieun semakin sadar, bahwa perasaannya ke Eunwoo tidak ada sama sekali.

Mianhae Eunwoo-ya, ucapnya dalam hati.

***

"Ya! Kau datang kemari? Mimpi apa aku semalam, melihat wajahmu disini," gerutu pria yang bekerja sebagai batender di club saat ini Jungho datangi.

"Aku haus, bisa minta air putih!" pinta Jungho membuat pria batender melirik dengan delikan tajam ke arahnya.

"Kau tidak berubah mana ada air putih disini," keluh pria bertender yang kerap di panggil Heseok itu.

Jungho menunjuk Amer yang tertulis tahun 1997. Membuat Heseok dengan tatapan gusar menuruti arah jari Jungho.

"Aku akan mengawasimu!" tegasnya lalu memberikan Amer itu dengan begitu saja.

Rasa yang cantik seperti Jieun, ungkapnya dengan pipi memerah dalam batin.



Rasa yang cantik seperti Jieun, ungkapnya dengan pipi memerah dalam batin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




To be continued.
Akankah mereka bersama(?)
Ditunggu part selanjutnya 😊

Salam hangat
Srishin🌹

UNILATERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang