11 "Secret Phrase"

160 40 64
                                    


Langit terasa menyerap oksigen di malam itu, saat udara pendesaan mulai terhirup menenangkan. Wanita itu membuka kelopak matanya yang sejak tadi terpejam dengan menitikkan buliran air. Kini ia telah bernapas teratur bersamaan dengan berhentinya kendaraan itu di depan sebuah rumah sederhana.

"Kita sudah sampai, ini rumah bibiku." Ucap Jungho, menggenggam tangan Jieun dan memasuki gerbang rumah itu.

Genggamannya terasa hangat. Ucap Jieun dalam benaknya saat melangkah beriringan dengan Jungho.

Dari kejauhan terukir senyuman ramah dari seorang wanita paruh baya dengan tangan yang melambai ke arah mereka berdua. Jungho seakan membalas lambaian itu dan tersenyum, senyuman yang membuat Jieun tak mampu berpaling.

"Ada apa kemari? Dan siapa wanita cantik ini?" tanya wanita itu, setelah menerima kecupan di punggung tangannya dari Jungho.

Ternyata dia pria yang menghormati orang lebih tua, dia memang sesuatu. Jieun membatin kagum dengan sikap pria itu.

Jungho menatap ke arah wanita yang sendari tadi berdiri di sebelahnya dengan bibir yang mengatup rapat. Bersamaan pula Jieun sedang menatapnya sungguh lekat, seakan sedang memandang teman yang sudah lama tak pernah dipertemukan.

"Aku tahu, wanita ini kekasihmu." Bibi Oh langsung menyimpulkan dengan tergesa-gesa, membuat dua insan itu memasang wajah terkejut.

"Tidak!!"

"Tidak!!"

Mereka menjawab bersamaan, membuat situasi menjadi seakan canggung. Ditambah senyuman Bibi Oh yang membuat mereka salah tingkah.

"Kalian belum saja berpacaran sudah menjawab berbarengan begitu, awas saja kalian berjodoh." Goda Bibi Oh membuat Jungho menatap ke arah langit yang mendung, sedangkan Jieun memilih menunduk dengan menggaruk-garuk tangannya yang sejatinya tak gatal.

"Apa kalian akan terus berdiri di sana dan tidak masuk?" tanya Bibi Oh.

"Tentu kami akan masuk Bibi," sahut Jungho dan mulai membuka sepatu cath yang dikenakannya.

Bibi Oh menyiapkan teh melati untuk mereka yang kini terduduk di lantai kayu itu dengan memasang wajah kosong. Jieun memilih memainkan gaunnya, sedangkan Jungho mengutik remote mengganti saluran televisi menjadi siaran kesukaannya. Hingga film Beauty and the Beast mulai terputar.

Jungho seakan menguasai karakter di dalam film itu, membuat Bibinya tersenyum geli melihatnya. Tiga cangkir teh di tambah kue beras disajikan penuh rasa oleh Bibi Oh.

"Kau bisa ganti pakaian dengan menggunakan bajuku," ucap Bibi Oh.

"Terima kasih," jawab Jieun dengan nada suara yang serak, membuat wanita paruh baya itu merasa kasihan.

"Minumlah teh melati ini, setelah ini kau harus istirahat!" pintanya, membuat Jieun mengangguk.

Jieun pun menyeruputi teh melatih itu, yang menebarkan bau menenangkan.

Ini sungguh hangat. Seru Jieun dalam benaknya.

"Apa kau sudah membaik?" tiba-tiba suara pria yang tadi membuatnya salah tingkah bertanya padanya, mata bulatnya menangkap iris cokelat milik pria itu.

"Aku sudah lebih baik, terima kasih." Sahutnya, dan mulai menikmati kue beras.

Jieun kini telah usai membersihkan dirinya, dan menggunakan pakaian milik Bibi Oh yang terlihat kebesaran di tubuhnya yang mungil.

"Kau terlihat lucu," ledek Jungho, membuat Jieun mengerucutkan bibirnya.

"Eoh'oh kau mengejekku ya?" tanya Jieun yang seakan telah dijatuhkan harga dirinya.

UNILATERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang