05 "Secret Book"

251 82 30
                                    

Jieun merasakan tubuhnya sangat lengket, ia pun berniat untuk membersihkan badannya. Ia meletakan barangnya di meja depan televisi, kakinya melangkah ke arah kamar mandi yang tak jauh dari dapurnya.

Jieun menangkap wajahnya terlihat nampak letih karena pekerjaannya yang banyak di ruang guru tadi. Ia mulai membasuhkan wajahnya dengan air, dan mulai memberikan face fasion wash pada wajahnya.
"Ah, segarnya!" serunya, lalu menanggalkan pakaiannya dan meletakkannya di keranjang pakaian kotor itu.

Ia mulai memberi pijatan pada kulit tubuhnya dengan sabun beraroma mawar. Serta tak lupa memijat kepalanya yang kini ikut basah karena sudah hampir tiga hari Jieun tidak keramas.

Lima belas menit berlalu, ia keluar dari kamar mandi dengan piyama berlukis kucing serta rambut yang diselimuti handuk. Ia duduk di depan meja kerjanya, yang memperlihatkan tumpukan berkas-berkas soal ujian yang harus ia kumpulkan dalam satu file. Disisi kanannya terdapat lemari buku yang memperlihatkan susunan buku yang rapi. Kini tangan Jieun mulai mengeringkan rambutnya dengan handuk, tiba-tiba saja dering telepon genggamnya menyadarkannya.

Tertera nama adiknya dilayar tersebut, ia pun menggeser tanda hijau, terdengar suara tak asing menyapanya dengan ria.

"Yeoboseyo noona?"

"Dongsaeng, ada apa kau meneleponku hm?"

"Noona, aku sangat merindukanmu," Jieun mendengar suara ria adiknya, sepertinya suasana hati Minjae saat ini sedang baik.

"Apa kau lupa semalam menginap di apartemenku?" Jieun mengkerucutkan bibirnya.

"Benarkah? Wah aku sampai lupa sempat menemuimu."

Jieun merasa mulai kesal dengan sikap adiknya itu.

"Untung saja kau tidak sedang berada dihadapanku, aku..." ucapannya terpotong karena Minjae menyela.

"Memangnya noona akan melakukan apa padaku?" tanya adiknya dengan rasa penasaran penuh.

"Aku akan menjewer telingamu itu!" ketus Jieun.

Mereka tertawa bersama, hingga Minjae mengatakan pada Jieun bahwa ia akan menemuinya setelah menyelesaikan urusannya dengan Ayah mereka. Jieun mengiyakan dan memutuskan via suara itu.

Seandainya kita bisa berbicara langsung akan terasa sangat menyenangkan. Namun situasi saat ini sangat berbeda, aku akan tetap menjadi kakak yang baik untukmu Minjae-ya. Ucap Jieun dalam hati.

Ia mengambil kacamata bulatnya dari dalam kotak yang mendominasi kacamata tersebut. Jieun mulai fokus dengan lembaran-lembaran kertas ditangannya itu, namun gara-gara notifikasi tingkat kefokusannya buyar begitu saja.

"Aigoo, mengapa ada saja notif dimalam hari begini?" keluh Jieun, menggapai ponselnya yang berada di sisi kirinya.

Matanya kini melebar, setelah mengetahui pengirim pesan untuknya malam-malam begini.

"Apa Jungho saem, menghubungiku? Untuk apa? Aku malas membukanya, biarkan saja." Jieun mengabaikan pesan itu, dan kembali fokus dengan aktifitasnya tadi. Namun sesungguhnya hatinya seakan menolak untuk mengabaikan pesan dari pria yang sendari pagi mengusik pikirannya.

"Aish!.." Jieun meringis, namun tangannya kembali mengambil benda persegi panjang itu.

@JunghoSaem
Aku ingin bertanya jadwal seni di hari apa saja?

"Wah, dia memang pintar membuat alasan agar bisa akrab denganku. Dasar pria aneh, kenapa kau mengusik pikiranku? Apa aku terlalu penasaran tentang dirinya? Tapi tidak salah menurutku, wajar saja namanya juga orang ingin menilai orang lain tak masalah. Itu juga tidak membuat orang lain mendapatkan masalah." Ucap Jieun panjang lebar seakan sedang mencurahkan isi hatinya untuk kejadian hari ini.

UNILATERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang