"Aku benci punya Adik kayak kamu! Aku harap kamu mati dan hilang dari bumi! Aku benci lihat mukamu terpampang di ruang tengah! Aku benci kamu lahir! Gara-gara kamu Ayah cerai sama Bunda!"
Gatra menarik nafas dalam setelah meluapkan amarah yang ia pendam selama ini tepat didepan wajah sang Adik. Rajuna sang Adik hanya dapat terdiam menahan puncak kekesalan yang ikut terkubur bersama waktu. Namun sang Kakak belum berhasil menggalinya karena kekesalan itu benar-benar ia kubur ditempat terdalam dihatinya.
Anak yang lebih rendah tujuh sentimeter darinya itu terbatuk sekali, kemudian mundur selangkah kebelakang sambil menunduk. Siapa pula yang tidak sedih, bahkan meski ia seorang laki-laki berumur 13 tahun. Memangnya ada larangan menangis bagi seorang laki-laki? Diakan bisa terluka juga!
Rajuna menarik diri, lalu bersandar ke meja belajar sang Kakak.
"Jangan ngomong gitu, Kak. Nanti Tuhan dengar," katanya. Kemudian seketika kepalanya terangkat dengan senyum lirih namun justru terlihat amat mengesalkan dimata Gatra.
Gatra jelas meradang, tangannya terkepal kuat untuk menahan diri. Namun senyuman yang Adiknya patri terlalu manis untuk situasi panas seperti ini. Apa anak itu tengah meremehkannya? Hingga akhirnya, bogeman sadis itupun melayang kerahang Rajuna dengan keras, bahkan hingga darah mengalir deras dari sana. Rajuna tertingkap ke atas lantai karena keseimbangan tubuh kecilnya sudah sangat berantakan.
"Biarin Tuhan dengar! Sekalian kabulkan permintaanku! Aku muak lihat kamu."
"Kamu gak suka Ayah kan? Kalau gitu aku gak mau tau, kamu yang harus tinggal sama Ayah!" pekiknya tegas sampai seluruh kamar bergema.
"Gak, Kak! Gak mau! Maaf...maaf!" Rajuna seketika panik dan bangkit memeluk kaki Gatra dengan wajah memelas. Kalau ia pindah bersama Ayah itu artinya sama saja. Tidak ada yang berubah dari arti perceraian Bunda dan Ayah.
Gatra menendang kakinya kasar, membuat Rajuna ikutan terpental dari pegangannya.
"Pokoknya kalau kamu ikut Mama, kamu bukan saudaraku lagi!" pekiknya marah. Gema yang ia pantulkan ke seluruh ruangan seketika senyap ditelinga Rajuna. Lebih dari itu, ia kira ia lebih baik mati dari pada hidup dengan Ayah. Namun rupanya, ia lebih takut memutuskan ikatan persaudaraan dengan sang Kakak.
Rajuna akhirnya mengiyakan dengan isak tangis yang pilu diatas lantai yang dingin. Tubuh kecilnya menggigil karena sesegukan. Ia kira mungkin akan menyeramkan tinggal dengan Papa, namun akan lebih menyeramkan lagi bila Gatra makin membencinya.
Semenjak Rajuna membawa semua barang-barangnya pergi ke rumah barunya dengan Ayah. Semenjak saat itu juga terakhir kalinya Gatra mendengar suaranya. Karena sang Adik seketika lenyap dari bumi tanpa kabar.
_____________________________
Rajuna Barisalan (Huang Renjun)
Gatra Reffanzares (Kim Doyoung)
HEHEHEHEHEHEHE!DISCLAIMER!
cerita ini emg bakal mainstream. Jadi kalian ga usah berharap lebih saat membacanya atau berharap ada "sesuatu" ditengah-tengah cerita.Aku cuma mau kalian menikmati rasa 'sakit' di kehidupan angst karakter si Rajuna ini. Hehehe.
Cerita ini juga kayaknya gak akan panjang *rencananya* hehe
Gt aja sih. Wkwkw.
Wed, Feb 17 2021
-SYA
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHO IN THE FOREST ✔ [TERBIT]
FanfictionGema nyaring yang berdegung mengitari ruang keluarga siang itu seperti petir yang menyambar Rajuna tiba-tiba. Bukan karena kata-kata kasar nan menyakitkan yang Kakaknya Gatra pekikkan, namun masa depan yang telah ia bayangkan bersama orang-orang ter...