4- Something is wrong

7.3K 999 125
                                    

Yang Gatra ingat, setelah Rajuna dibawa Ayah pergi dengan sekoper barang bawaan. Yang Bunda lakukan setiap malam hanyalah menghabiskan waktu dikamar Rajuna hanya untuk memeluk guling bekas anak itu peluk atau sekedar membersihkan meja belajar yang sudah bersih.

Gatra tidak tau seberapa besar pengaruh keberadaan Rajuna untuk Bunda. Namun Bunda selalu menangisi kekosongannya dengan menciptakan Rajuna di rumah. Dan semua itu membuat Gatra muak, Bunda seolah-olah mengkesampingkan semua tentangnya dan memprioritaskan Rajuna yang jelas-jelas sudah memilih Ayah.

Cowok dengan kulit agak kecokelatan itu berdesis saat kembali dari mengantar tugas sang adik, anak itu malah sudah raib dari UKS, pergi ke kelasnya tau-tau semua orang bilang ia dijemput Ayahnya paksa tanpa alasan.

Gatra meremat ponselnya kuat, lalu mengulang sekali lagi rentetan kalimat yang Bunda kirim.

Bunda

|Gatra kalau udah pulang diatas meja ada sayur sop ada ayam goreng juga.

|Bunda udah ketemu rumah Ayah kalian, secepat mungkin Bunda mau jemput Rajuna dari sana.

Bunyi bel masuk kembali berkumandang. Gatra buru-buru menyeret tas sekolahnya dari atas meja dan berjalan terburu-buru keluar gerbang sekolah. Beberapa guru yang melihat sempat memekikkan namanya, namun Gatra sudah terlarut dalam kekesalannya sehingga mengabaikan semua hal yang lewat, termasuk panggilan guru-guru yang menegurnya. Lagi pula ia hanya meninggalkan satu mata pelajaran terakhir, tidak akan ada yang berubah dari nilai-nilai sempurna di rapotnya.

Gatra menarik motornya keluar lalu teringat sesuatu sehingga dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana sebelum motornya melaju keluar dari halaman parkir dengan terburu-buru.

Bunda

Bun, tunggu. Gatra ikut.|

***

Ada setengah jam dalam perjalanan di dalam mobil Bunda tidak berhenti mengomeli Gatra yang membolos sekolah hanya untuk ikut bersamanya ke rumah Ayah. Selain ingin menemani Bunda, Gatra juga ingin kembali melihat Ayah. Ia juga rindu kebersamaan keluarganya setelah Ayah memutuskan pergi membawa Rajuna.

Namun setibanya di rumah Ayah, gerbang putih setinggi dada Gatra sudah sedikit terbuka. Halaman rumah yang dijatuhi daun mangga yang sudah mati menjadi teman di setiap langkah yang Gatra dan Bunda ambil.

Gatra menoleh ke arah Bunda. Wanita itu tanpa memandang kearah lain berjalan lurus, hanya fokus pada pintu cokelat yang tertutup rapat. Berbeda dengan Gatra yang berkeliling melihat-lihat seluruh halaman. Ada sapu ijuk dengan sekop yang masih dipenuhi daun, Ayah pasti sesekali membersihkan halaman. Hingga garasi kecil yang Gatra tebak tempat penyimpanan barang yang di tulis dengan cat besar-besar JANGAN BUKA.

"Raehan?!" panggil Bunda setelah tiga kali mengetuk pintu.

Pintu masih enggan terbuka, Bunda kembali mengetuk dengan sedikit lebih keras dan tidak sabaran.

"Raehan!"

"Bun," Gatra mengambil alih jemari Bundanya, karena kalau tidak, jemari itu bisa saja lecet karena memukul pintu terlalu keras.

"Ayah kamu mana sih, Gat?" katanya sambil mengintip ke jendela yang hanya ditutupi tirai tipis.

"Han!!"

"Bun, nanti tetangga dengar," peringat Gatra lagi.

Wenda—Bunda Gatra dan Rajuna—akhirnya mundur, kemudian menggenggam jemari Gatra, "Maafin Bunda, Gat. Bunda khawatir sama Rajuna," lirihnya.

ECHO IN THE FOREST ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang