"Assalamualaikum, belanja!"
Gatra dan Rajuna yang sedang duduk sembari memakan kuaci saling melempar pandang. Rajuna jelas kenal siapa pemilik suara tersebut, namun Gatra melirik pintu rumah dengan tampang bingung, membuat adiknya sedikit terkekeh karena ekspresi sang Kakak yang lumayan konyol.
"Perasaan di kompleks ini gak ada warung," gumam Gatra.
"Assalamualaikum, belanjaaaa!"
"Aku yang bukain apa Kakak aja?"
Gatra spontan berdiri, kemudian berjalan ke arah pintu sambil membuka kuaci ditangannya. Rajuna yang menonton dari ruang televisi hanya tersenyum sembari menahan tawa. Ia senang sekali, mendengar suaranya saja sudah membuat moodnya jadi lebih baik.
Saat membuka pintu dan yang ia temukan malah sosok yang satu spesies dengan adiknya berdiri sembari menenteng buah belimbing di dalam kresek hitam, Gatra memutar bola matanya malas. senyum anak ini juga mengganggu penglihatannya.
"Nyari siapa?" tanya Gatra.
Haidar yang dari tadi tersenyum Jenaka lantas melunturkan senyumnya.
"Itu lo nanya serius?"
"Rajuna gak ada di rumah," jawab Gatra dengan wajah datar.
Haidar mencebik, namun sedetik kemudian memasang wajah mengolok. "Yailah, belum apa-apa udah over protective aja."
"HAIDAR!"
"Iya, Love! Abah datang!" ujarnya dengan senyum lebar, masuk tanpa seizin Gatra, ia bahkan menyenggol yang lebih tua itu agar tidak menghalangi pintu masuk.
"Mau beli apa, Bah?" tanya Rajuna saat Haidar sudah duduk disampingnya dan meletakan kresek hitam itu ke atas meja. Tidak pernah lupa untuk menyambung candaan tadi.
"Mau beli Rajuna, berapaan Pak?"
"Mahal, berjuta-juta. Mampu gak?"
"Berapa sih?"
"Setengah juta! Boleh nego."
Haidar tertawa terpingkal-pingkal setelah menoyor kening Rajuna pelan. "Seneng deh gue lo makin blo'on!"
Gatra yang baru datang lantas menggeleng. Mereka berdua yang sudah terpingkal-pingkal itu tetap tidak membuatnya memahami candaan mereka. Mereka punya genre bercandaan sendiri, atau hanya dengan melihat wajah masing-masing sudah cukup membuat mereka terpingkal-pingkal seperti barusan.
Bahkan Bunda yang sedang masak berlari dari dapur setelah mendengar tawa Rajuna yang pecah ditengah-tengah rumah. Wanita anggun itu datang dengan spatula dan celemek, wajahnya bingung saat melihat Haidar yang sudah baring berbantalkan paha Rajuna.
"Haidar kapan nyampe?"
"Barusan tante." Cowok itu buru-buru bangun dan membawa kresek berisi buah belimbingnya ketangan Wenda dengan sikap super sopan, ia bahkan menunduk berkali-kali, membuat Gatra yang memperhatikan sedari tadi menahan hasrat ingin muntah.
"Ini buah belimbing, tadi sebelum ke sini Haidar nyuri di tetangga, eh, di kasi tetangga!"
Wenda tertawa, kemudian membawa belimbing yang Haidar berikan ke dapur dan meninggalkan ketiganya bersantai di ruang televisi.
"Parah lo ngasi barang curian!" todong Gatra. Rajuna lagi-lagi menahan tawa dan menikmati pertarungan sengit sang Kakak dan sahabatnya.
"Kaga Gat! Di kasi itu beneran, tetangga gue lagi panen. Mereka tadi panen cabe juga, harusnya gue minta biar gue cocolin ke mulut lo sekalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHO IN THE FOREST ✔ [TERBIT]
FanficGema nyaring yang berdegung mengitari ruang keluarga siang itu seperti petir yang menyambar Rajuna tiba-tiba. Bukan karena kata-kata kasar nan menyakitkan yang Kakaknya Gatra pekikkan, namun masa depan yang telah ia bayangkan bersama orang-orang ter...