10- Something New

6.8K 932 70
                                    


Malam itu Gatra memilih tidak lagi kembali ke rumah sakit. Ia menghabiskan waktu semalaman untuk merapikan seisi rumah dan juga merenungkan kejadian yang sudah terjadi. Ayah dengan kata-kata ambigunya, dan Bunda dengan kecemasan berlebihannya. Gatra memikirkannya semalaman suntuk sembari menatap figura Rajuna yang berdiri tegak diujung meja ruang tengah yang memang diisi banyak pajangan koleksi Ayah waktu masih muda.

Memori singkat dimana mereka bertemu untuk pertama kali di dalam UKS terlintas dikepala Gatra. Meski tidak bertemu secara langsung, namun suara batuk yang begitu menyakitkan itu masih teringat jelas kepalanya. Membuat kepalanya spontan menoleh kearah pintu kayu cokelat dibelakangnya, ruangan yang Gatra ingat milik Rajuna.

Tungkainya mendekat berusaha meraih knop pintu meski dirasa-rasa ia tidak akan sanggup. Namun Rajuna adalah orang pertama yang Gatra ingin dengar langsung bagaimana hidupnya setelah perceraian Ayah dan Bunda. Tentang apa yang terjadi, dan mengapa malam ini terasa begitu abu-abu, meski Gatra 100% kesal dengan sikap Ayah.

Saat pintu cokelat itu akhirnya terbuka, yang pertama Gatra lihat adalah tempat tidur dengan selimut yang tidak begitu rapi tergeletak diatas kasur. Selain itu, kondisi kamarnya masih sama seperti yang ia lihat terakhir kali bersama Bunda. Baju-baju dilemarinya pun masih itu-itu saja. Banyak tumpukan buku diatas meja, banyak lukisan-lukisan dengan tanda tangan Rajuna ditempel di dinding. Gatra tidak tau adiknya memiliki bakat seperti ini.

Dari dinding didekat pintu, ada lukisan bunga dandelion dengan objek utama dimana beberapa kelopaknya telah terbawa angin. Rajuna melukisnya dengan begitu apik menggunakan cat air. Kemudian diikuti karakter animasi kesukaannya, ada lukisan Ayah yang dilanjutkan dengan lukisan bunga Anyelir kuning. Gatra mematung kala menemukan lukisan wajahnya tersenyum lebar kemudian Rajuna meletakan lukisan bunga Hyacinth ungu dan putih yang sedang mekar-mekarnya diantara lukisan dirinya dan sang Bunda, lukisan cat yang sudah kering itu benar-benar seolah mengeluarkan cerita.

Namun Gatra tidak tau juga, rupanya Rajuna banyak melukis bunga. Ia melukis bunga Lily putih dengan ukuran sedang yang ia letakan diatas tempat tidurnya. Meski hanya ada satu tangkai, namun bagaimana ia mencoba memenuhkan ruang kosong disekitaran bunga benar-benar genius bagi Gatra. Bunga Lely putih membosankan itu justru terlihat begitu menawan dan entah mengapa juga sedikit terlihat menyedihkan.

Gatra melirik jendela dimana langit perlahan menampakan tanda-tanda fajar akan terbit, kemudian cowok itu melirik jam diatas meja disamping tempat tidur Rajuna yang sudah menunjukan pukul lima pagi. Gatra menoleh keluar saat suara gelas yang diisi air terdengar, ia mengintip sedikit sebelum akhirnya menghampiri Ayah yang setengah sadar menegak air putihnya.

"Ayah?"

"Kenapa lagi, Jun. Masih pagi, mending buatin Ayah sarapan, pagi ini Ayah ada meeting."

"Rajuna masih sakit di rumah sakit."

Raihan seketika menoleh dan menemukan putra sulungnya tengah bersandar pada meja makan dengan pakaian yang belum sempat ia ganti. Terdiam dengan wajah datarnya.

Pria paruh baya itu terkekeh canggung sambil meletakan gelasnya perlahan ke atas meja. "Ayah lupa Rajuna masih di rumah sakit."

"Ayah minum-minum ya selama ini?" sinis Gatra. Ia bersandar sambil melipat kedua tangannya didada. Mencoba mendalami netra yang lebih tua dengan intens. Berharap apa yang beliau katakan adalah sebuah kejujuran.

"Kadang-kadang aja," jawabnya sambil bergerak merapikan sesuatu yang sudah rapi.

"Ayah semalam pukul kepala aku pakai botol kaca loh."

Raihan seketika menoleh dan mengecek kepala sang putra dengan panik. "Ayah gak inget," ujarnya penuh cemas.

"Orang mabok tuh beneran lupa ingatan apa drama aja sih?!" kesal Gatra sembari menghempas tangan sang Ayah.

ECHO IN THE FOREST ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang