secret 04

3.2K 338 15
                                    

"Na, majulah sedikit kita terlalu jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na, majulah sedikit kita terlalu jauh." Haechan mendorong tubuh jaemin yang sedang melihat sebuah mention besar menggunakan teropong, hingga jaemin hampir saja terjatuh kedepan.

"Yak bodoh, kau hampir membuat ku terjatuh, jadi diamlah." Jaemin menyikut haechan yang tidak bisa diam sama sekali, jika mereka ketahuan, bisa berabe urusan nya.

Haechan dan jaemin sedang memantau sebuah mention besar dan mewah berwana putih gading, dengan halaman rumah yang begitu luas. Mereka berjongkok disebrang jalan dengan mengendap endap melalui tanaman yang menutupi tubuh mereka.

"Chan, menurut mu kapan para polisi akan datang, ini sudah hampir empat jam kita disini." Tanya jaemin masih tetap mengawasi mention itu.

Mereka memang sudah empat jam disana, tapi tidak menemukan tanda tanda akan datang seorang polisi atau detektif sama sekali, pantang pulang tanpa bukti begitulah haechan, jaemin dan kegigihan mereka, memang benar benar 'crazy stalker.'

"Berikan teropong nya, aku juga ingin melihat nya." Jaemin memberikan teropong nya dan mundur memberikan tempat untuk haechan. Haechan mulai meneliti setiap inci mention mewah itu, masih terlihat sepi, namanya juga masih dalam situasi berduka.

"Sepi sekali." Gumamnya, tapi tiba tiba haechan melihat sekilas seseorang yang tidak asing baginya memasuki mention mewah itu, tapi siapa haechan lupa.

"Kenapa malah bengong, awasi lagi." Haechan menatap jaemin. "Sepertinya kita kembali besok saja, aku yakin jika besok mereka akan mendatangkan polisi atau detektif."akhirnya mereka menyerah, tapi bukan dalam artian menyerah berhenti mencari informasi, hanya menyerah mengawasi hari ini saja, karena besok mereka akan kembali lagi.

"Kau yakin, lagipula Chan bukankah mereka menutup rapat alasan kematian Choi siwon." Jaemin ragu ragu, pasalnya kalau keluarga Choi menyewa polisi atau detektif bukankah orang orang akan mencurigai kembali alasan jelas kematian Choi siwon.

"Aku yakin na, mereka tidak bodoh sepertimu." Jaemin mendelik kesal pada haechan, apa apaan mengatainya bodoh, bukankah haechan dan jaemin itu sama, artinya haechan juga bodoh. "Mereka akan menyewa polisi atau detektif yang handal dan bisa menjaga rahasia dari masyarakat sekitar." Lanjut haechan.

Jaemin berpikir sejenak, perkataan haechan ada benarnya juga. Lagipula keluarga Choi itu bukan keluarga biasa saja, bukan hal sulit untuk mereka menyuruh para polisi agar tidak membocorkan latar belakang kematian Choi siwon, bahkan mereka mampu membayar mahal orang orang handal di luar negri jika mau.

"Kau ada benarnya juga." Jawabnya. "Nah itu, jadi kita akan kembali besok. Ayo pulang kakiku sudah sakit lagipula ini sudah malam." Haechan berdiri lalu meregangkan otot-otot tangan dan kakinya, jaemin melakukan hal yang sama.

"Chan kameranya jangan lupa." Haechan menepuk dahinya, hampir saja dia lupa, kalau saja jaemin tidak mengingatkan nya. Haechan dan jaemin memasang sebuah kamera ditanaman tempat mereka bersembunyi, mereka meletakkan nya dengan penuh perhitungan agar haechan dan jaemin bisa melihat siapa saja yang berkunjung ke mention keluarga Choi. Setelah itu mereka pulang dengan menaiki bus.

Haechan pulang dengan cara mengendap-endap, dia takut ayahnya marah, ini sudah malam dan haechan baru pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haechan pulang dengan cara mengendap-endap, dia takut ayahnya marah, ini sudah malam dan haechan baru pulang. Jika ayahnya mengetahui hal ini haechan mau menjawab apa, lagipula ini bukan kali pertama haechan pulang malam. Tapi tetap saja haechan takut ketahuan kali ini.

"Ehemm, jam berapa sekarang."

Haechan menghentikan langkah nya. Tuhkan apa haechan bilang pantesan aja perasaan nya udah gak enak, haechan lalu berbalik dan tersenyum lebar hingga giginya hampir terlihat semua.

"Hehe, sore pah." Haechan sedang berusaha menjawab dengan nada tenang kepada untuk ayahnya.

"Sore? Papa rasa ini sudah hampir malam." Ayahnya haechan bersedekap dada sambil menyender ke dinding, menghadapi anak satu satunya, haechan itu perempuan dan baru pulang jam segini.

"Eummm, iya maksudku malam pah." Sungguh haechan gugup, bagaimana tidak ini kali pertama haechan kepergok ayahnya. Selama dia melakukan aksi pulang malam nya baru kali ini ayahnya memergoki nya.

Jongin menghampiri haechan. "Jadi, bisa jelaskan, dari mana saja anak papa yang cantik ini, kenapa jam segini baru pulang humm." Tanyanya.

"Itu, aku- eumm, habis main ditaman sama jaemin pah." Jongin menaikkan alisnya, main ditaman sampai lupa waktu seperti nya bukan tipe haechan. Oh seandainya saja jongin tau jika haechan sering pulang malam.

"Kamu tidak berusaha berbohong pada papa." Tanya jongin lagi.

Haechan gelagapan, bagaimana ini apa haechan akan berakhir malam ini ditangan ayahnya, oke itu berlebihan.
Haechan sedang berpikir kerasa alasan apa lagi yang harus dia katakan kepada ayahnya.

"Aku akan menelpon jaemin, jika papa tidak percaya." Haechan dengan beribu caranya.

"Telpon saja." Uh mati haechan, dia kan hanya ingin membuat ayahnya percaya tapi kenapa jadi begini. Mau tidak mau haechan menelpon jaemin, lalu memberikan ponselnya kepada ayahnya.

Tut tut tut

Telpon belum juga tersambung, untuk itu haechan berdoa agar jaemin tidak mengangkat nya tapi harapannya pupus seketika saat mendengar suara melengking jaemin.

"Yaaak, bisakah kau memberiku waktu istirahat sebentar saja, da-"

"Jaemin, ini paman."

"Eoh, paman maaf, aku pikir haechan, sekali lagi maaf paman." Malunya jaemin, dia pikir haechan, ternyata ayahnya.

"Tidak apa apa, paman hanya ingin bertanya. Seharian ini kalian kemana saja." Haechan memejamkan matanya, tamat sudah riwayatnya.

"Ahhh, kita hanya bermain ditaman saja paman, itu menyenangkan sampai sampai kita lupa jika sudah malam." Jawab jaemin tanpa ragu sedikitpun, haechan yang mendengar penjelasan jaemin pun hanya bisa melongo, bagaimana bisa otak haechan dan jaemin kali ini singkron, ah tapi lupakan.

"Oh yasudah, terimakasih jaemin. Paman tutup ya telponnya." Jongin menutup telpon ya dan memberikan ponselnya kepada haechan.

"Masuk kamar, mandi dan turunlah kita makan malam." Titah jongin. Haechan mengangguk dan pergi memasuki kamarnya, dalam hatinya haechan tidak henti hentinya mengucapkan kata terimakasih kepada jaemin.

Love The Killer [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang