Haechan tengah bersembunyi dibalik pohon besar yang bersebrangan dengan sebuah rumah kecil namun mewah.
Haechan terus saja menggigit bibir bawahnya, dadanya terasa sesak jantung nya berdegup lebih cepat, dan nafas nya terasa tercekat.
Haechan melihat segalanya, awalnya haechan hanya berpikir jika mungkin gadis itu adalah keluarga mark namun saat haechan melihat mark mencium bibir gadis itu membuat haechan yakin jika gadis itu bukan teman ataupun keluarga mark, lalu mereka saling berpelukan seperti sedang menyalurkan perasaan masing-masing.
Sejak kejadian sikap mark yang berubah, haechan berusaha mengikuti mark dan berakhir disini. Disebuah daerah yang jauh dari kota.
Saat melihat mark yang akan pergi dan menaiki mobilnya, haechan tetap mengawasi mark, sampai mark benar-benar pergi. Haechan merapikan penampilan nya, lalu beranjak pergi untuk menemui gadis tadi, haechan pikir dia harus bertanya langsung agar tau kebenaran nya.
"Permisi."
Renjun membalikkan tubuhnya lalu, mengerutkan dahinya, melihat seorang gadis yang memakai seragam sekolah yang seperti nya sama dengan mark.
"Iya, ada apa."
"Bisa kita bicara." Ajak haechan, tanpa basa basi.
Meskipun merasa heran dengan ajakan tiba tiba haechan didepannya, renjun tetap menganggukan kepalanya dan mempersilahkan haechan masuk.
Mereka berdua duduk saling berhadapan, renjun juga tidak lupa menawarkan minuman kepada haechan.
"Ekhem." Haechan bingung harus memulai nya darimana dan juga sebenarnya takut dengan kenyataan nya.
"Katakan saja, tidak perlu gugup seperti itu."
"Kau mengenal mark." Tanya haechan hati hati.
Renjun mengerutkan dahinya, kenapa orang didepan nya tiba tiba menanyakan mark. Haechan yang tau dengan raut wajah renjun pun berusaha menjelaskan nya.
"Ah, kau tidak perlu curiga aku hanya partner kerja kelompok mark saja, jadi kau tidak perlu mencurigai ku." Kata haechan sambil tersenyum.
Renjun pun ikut tersenyum, orang didepan nya ini sangat lucu.
"Aku tidak curiga, hanya saja kenapa kau tiba tiba bertanya soal mark. Apa mark melakukan kesalahan atau kau ingin bertemu dengan Mark."
"Tapi maaf mark baru saja pergi, dia bilang sedang ada urusan."
Haechan menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak mencari mark, justru aku ingin bertanya padamu."
"Bertanya? Apa itu soal Mark."
Haechan mengangguk membenarkan pertanyaan renjun. Degup jantung nya sangat ribut, seolah tau jika ini tidak akan baik baik saja.
Hanya saja haechan harus memastikan semuanya, agar tidak ada kesalahpahaman antara haechan dan mark.
"Sepertinya kita belum berkenalan." Tanya Renjun dan mengulurkan tangannya. "Renjun."
Ah haechan sampai lupa mengenalkan dirinya, pikirannya sedang kalut jadi haechan sampai lupa memperkenalkan diri. Haechan menerima uluran tangan renjun.
"Ah maaf aku lupa memberi tau namaku. Haechan." Renjun tersenyum manis dan menggangguk pelan menanggapi perkataan haechan. Haechan tertegun dengan senyuman renjun begitu indah, haechan saja yang wanita merasa terpanah apalagi mark bukan.
"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan."
"Mungkin ini tidak sopan dan sangat lancang , tapi bolehkah aku bertanya soal apa hubungan mu dengan Mark."
Haechan terus saja berjalan tanpa tujuan, dia sedang tidak ingin pulang yang haechan butuh kan ketenangan. Penjelasan Renjun terus saja berputar diotak nya, rasanya kepala haechan akan meledak.Seolah mengabaikan keberadaan seseorang yang tengah mengikuti langkahnya.
"Ck." Orang itu berdecak kesal, lalu menarik Haechan, dan memeluk Haechan erat.
Haechan tidak terkejut, dia hanya diam tidak marah ataupun tidak merespon kembali orang yang memeluk nya.
Keheningan menyelimuti keduanya, karena haechan bukan tipe orang yang tahan dengan keheningan maka dia berbicara terlebih dahulu.
"Eric, kenapa kau malah memelukku."
"Haishh. kau ini bodoh sekali, bukankah orang patah hati itu butuh sandaran, dan aku siap chan." Kata Eric sambil melepaskan pelukannya pada Haechan.
"Lagi, seharusnya kau marah pada mark, bukan hanya jalan sambil bengong tidak jelas saja seperti itu."
Haechan duduk disebuah, kursi di halte bus, dia memandang langit malam yang indah, sepertinya alam sedang tidak berpihak padanya, bagaimana bisa alam memancarkan keindahan disaat Haechan patah hati.
Haechan menggelengkan kepalanya, dia harus sadar diri dengan posisinya.
"Sudah kubilang menangis lah Haechan." Pinta Eric, sambil mendudukkan dirinya disebelah Haechan.
"Tidak bisa."
"Kenapa, kau berhak menagis bahkan marah Chan."
"Kau tau posisiku Ric, aku hanya selingkuhannya, kekasih sebenarnya Mark adalah Renjun."
"Sungguh, haruskah aku menangis saat aku tau posisiku sekarang, rasanya air mataku saja tidak sedang berpihak padaku."
"Haechan dengarkan aku, mau kau selingkuhan nya atau pun bukan, kau berhak marah pada mark." Eric mengguncang bahu sempit haechan dan menatap mata haechan.
Mata Haechan menyiratkan segala kesakitan yang sedang dia rasakan hanya saja, tubuh Haechan terlalu lelah untuk mengungkapkan nya.
"A-ku, aku tidak tau." Haechan menggeleng kecil dan menunduk.
Eric menarik kembali haechan kedalam pelukannya, dan sekarang haechan membalas pelukan Eric dengan memejamkan matanya.
Eric mengingat setiap kata yang Renjun katakan pada Haechan, meskipun dia hanya menguping. Rasanya sakit saat melihat orang yang kita sukai begitu terluka, tapi dia masih membela orang yang menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Killer [Markhyuck Gs]✔
FanfictionRemember, life is a choice Markhyuck GS