Mark menghampiri Haechan dengan langkahnya yang sedikit sempoyongan, matanya memancarkan sorot penyesalan, wajahnya yang babak belur akibat pukulan Eric, bahkan sudut bibirnya juga terlihat terluka.
Bersimpuh dihadapan Haechan, Mark menundukkan kepalanya. Sedangkan Haechan yang merasa terkejut pun memundurkan langkahnya. Air matanya kembali turun, ntah sampai kapan dia akan terus menangis seperti itu.
Mark mengeluarkan sebuah senjata berupa pistol miliknya, menyimpannya disamping kaki Haechan.
"Hukum aku Haechan." Katanya tanpa rasa takut sedikitpun.
Tidak ada jawaban sedikitpun, Mark yang sibuk memohon agar Haechan segera menghukumnya, dan Haechan yang sibuk menangis. Tidak, Haechan tidak pernah memiliki keinginan untuk melihat Mark serapuh ini.
Keduanya sibuk meratapi kesedihan masing-masing tanpa mau memulai, ntah rasa egois Haechan yang terlalu besar atau memang Haechan tengah berpikir untuk menerima Mark kembali.
"Bangun, Mark."
"Tidak, kau harus menghukum bajingan ini Haechan."
Haechan menutup matanya, berusaha menenangkan pikirannya. Menghela nafas dalam-dalam.
"Tuhan telah menghukummu, Mark kurasa itu cukup." Haechan tidak sanggup mengatakan hal itu, namun semuanya terlontar begitu saja.
"Aku tau,"
"Dan aku tidak sanggup lagi, mereka yang kumiliki meninggalkan ku perlahan,"
"Aku tidak memiliki siapapun lagi Haechan, bawa aku kepenjara jika perlu ajukan hukuman mati untukku." Lanjutnya dengan mendongakkan kepalanya. Terlihat setetes air mata diujung mata Mark, dia menangis, Mark menangis.
Tidak! Haechan tidak sanggup lagi, dengan sedikit ragu Haechan memeluk Mark dengan erat, dan menangis sejadi-jadinya.
"Tidak Mark," Ucapnya.
Mark membalas pelukan Haechan, bahkan Mark mencari posisi nyaman dengan menenggelamkan kepalanya diceruk leher Haechan. Mark ikut meneteskan air matanya, betapa baiknya Tuhan pada pembunuh seperti Mark, setelah apa yang Mark lakukan dia masih mendapatkan perlindungan.
"Aku menyerah Haechan, aku menyerah."
Haechan menangkup wajah Mark dan mengusap air matanya, lalu menggeleng pelan.
"Tidak! Kau harus bangkit. Aku minta maaf karena selalu menyalahkan mu, maafkan aku Mark, maafkan aku tidak pernah mengerti tentangmu, aku, aku mencintaimu Mark, sungguh aku tidak bisa melihatmu terus seperti ini, berhenti memohon untuk dihukum Mark, kau membuatku terluka."
Mark menarik Haechan kembali kedalam pelukannya, memeluk nya kembali dengan erat seolah Haechan akan pergi kembali jika Mark melepaskan nya.
"Aku yang seharusnya minta maaf Haechan, bukan kau. Aku yang bersalah disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Killer [Markhyuck Gs]✔
FanfictionRemember, life is a choice Markhyuck GS