Brakkkk
Mark mendobrak pintu milik Choi junmyeon dengan keras, hingga pintu terbuka dan sedikit rusak. Oke itu sepertinya tidak akan jadi masalah.
"Dimana tuan kalian, katakan sebelum aku menghancurkan tempat ini." Teriak Mark, pada sekumpulan pengawal milik Choi junmyeon.
Bukannya menjawab para pengawal itu malah menyerang Mark.
"Sialan." Mark mengumpat keras, hari ini dia sedang tidak ingin main-main tapi sepertinya para tikus milik junmyeon ini sedang mengantarkan nyawanya dengan sia-sia.
Apa mereka tidak tau siapa Mark, dengan sekali mengangkat senjatanya maka semuanya akan terkapar tak berdaya. Jangan meremehkan Mark yang notabene nya masih SHS, tapi kalian harus tahu bahwa Mark sudah terbiasa hidup dalam lingkungan saling membunuh.
Setiap jengkal yang Mark ciptakan akan menjadi malapetaka bagi musuhnya, dan setiap tindakan yang Mark lakukan akan menjadi sebuah kematian bagi seseorang yang berani menghadapi nya.
Dan para tikus junmyeon itu sepertinya sudah siap menjemput ajal masing-masing.
Dor dor dor dor dor
"Mundur." Seru salah satu pengawal.
Suara tembakan terdengar begitu menggema diseluruh ruangan milik Choi junmyeon.
Terdengar rintihan keluar dari mulut para pengawal junmyeon yang sudah tidak berdaya berkat keahlian tangan seorang Mark Lee. Mark menembak beberapa orang yang mencoba menyerang nya, dengan sekali mengangkat senjata dia tidak akan memberikan ampun jika peringatan keduanya tidak didengar.
Ah, bahkan sebagian ruangan ini sepertinya sudah dipenuhi dengan darah kotor dari para budak, Choi junmyeon.
"Jika kalian, bersikeras menyerang ku maka akan ku pastikan nyawa kalian akan melayang dalam hitungan detik saja." Kata Mark, dengan menyeringai tipis.
"Kami tidak akan takut hanya karena kau dapat membunuh beberapa diantara kami."
"Bahkan jumlah kami, lebih banyak dibanding kan dengan mu."
Mark berdecak mendengarkan seruan para orang-orang tidak berguna didepannya ini, menantang seorang Mark Lee bukan pilihan yang benar.
Maju beberapa langkah sambil memainkan senjata apinya, menyeringai disela-sela langkah nya Mark berdiri didepan salah satu pengawal itu.
"Kalian tau, jika mau pun, akan aku ledakkan tempat ini dengan satu jentikkan jari saja."
Mark menyeringai didepan orang berbadan besar itu.
"Keparat, apa yang kau lakukan pada anak buahku."
Mark menoleh, memposisikan tubuhnya agar berdiri menghadap orang yang dia cari sejak tadi. Tersenyum menanggapi kemarahan Choi junmyeon.
Suasana semakin mencekam, berbarengan dengan suara gigi yang bergemelatuk, menggeram marah dan tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh tamu tak diundang itu.
Junmyeon melangkahkan kakinya mendekati Mark, menodongkan sebuah pistol dikepala Mark lalu mengancam Mark.
"Katakan apa maumu, sebelum kuhancurkan kepala mu, anak muda." Imbuhnya.
Mark begitu tenang menghadapi situasi yang tengah terjadi padanya, ayolah Mark tidak akan begitu mudah mati, masih banyak yang harus dia tuntaskan.
"Menjauh dari kehidupanku."
"Tidak, setelah penghianatan yang kau lakukan."
"Baiklah itu pilihanmu, tapi jangan salahkan aku jika istrimu kembali tanpa nyawa."
Mark menyodorkan ponselnya, yang mana diponsel itu memperlihatkan interaksi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan paruh baya, siapa lagi kalau bukan istrinya Choi junmyeon. Terlihat biasa saja hanya obrolan ringan diantara keduanya tapi jika kalian teliti maka kalian akan menemukan benda mematikan yang menempel dipinggir kursi yang ditempati oleh istrinya Choi junmyeon, yaitu Choi irene.
Junmyeon membanting pistolnya dan menatap marah ke arah Mark, sedangkan Mark terkekeh melihatnya. Merasa menang untuk kali ini Mark tidak akan lengah lagi, karena siapapun yang berani berusan dengan nya akan merasakan akibatnya, tidak peduli sekuat apapun lawannya.
"Bedebah."
"Kau terlalu sering mengumpatiku tuan. Jadi bagaimana."
"Pergi dari tempat ku."
"Aku akan pergi, tapi ingat aku tidak akan melepaskan istrimu sebelum kau berhenti mengganggu kehidupan ku."
Mark melangkahkan kakinya meninggalkan kediaman Choi junmyeon dengan bersiul disela-sela kemenangannya. Ternyata begitu mudahnya melawan orang seperti Choi junmyeon. Oh Mark jangan terlalu percaya diri, sepertinya kehancuran sebenarnya akan segera menghampiri mu.
"Mark, akan kupastikan kau bertekuk lutut dihadapan ku." Geram Choi junmyeon.
"Jadi kau dan Mark, end. Maksudku benar-benar berakhir.""Apa itu gara-gara pertengkaran kalian tempo lalu."
"Atau ada masalah lain, yang mengharuskan kalian mengakhiri hubungan kalian. Ayo chan ceritakan, kau tau aku seperti teman yang tak berguna jika seperti ini." Tanya Jaemin menggebu-gebu dengan serius disela-sela makan nya. Dan Haechan hanya mengangguk lalu mendengus kasar.
Ini akibatnya jika Haechan tidak menceritakan masalahnya pada Jaemin, apapun yang mereka lakukan pasti pertanyaan Jaemin tetap sama. Bukannya tidak ingin menceritakannya hanya saja kali ini Haechan sedang tidak ingin membahas Mark, karena pada akhirnya perasaan sialan itu akan muncul lagi dan Haechan tidak mau hal itu terjadi.
Cukup, jangan jadi bodoh untuk yang kedua kalinya.
"Bagaimana bisa chan." Giliran Jeno yang bertanya, karena Haechan terus saja diam.
Pasalnya sangat tidak dimungkinkan jika Haechan dan Mark berakhir. Terlihat begitu cocok, serasi dan saling mencintai tentunya. Tapi kenapa tiba-tiba saja ada kabar berakhirnya hubungan Mark dan Haechan.
"Kenapa tidak bertanya pada Mark saja."
"Dia tidak masuk." Jawab jeno.
Haechan mendengus, tentu saja dia tidak akan masuk, dia kan memiliki seseorang yang harus dijaga dengan baik, menyebalkan bukan. Ah sepertinya emosi Haechan akan meluap jika terus mengingat Mark. Kenapa pikirann dan hatinya tidak bisa diajak kompromi.
"Sepertinya tidak sekarang aku bercerita, dan ya nikmati makan siang kalian, aku akan ke kelas duluan."
"Tapi, chan ak-"
"Sudah Na, Haechan hanya butuh waktu sendiri. Aku yakin saat merasa tenang dia akan bercerita."
Jaemin mengangguk, meskipun hatinya meronta tidak setuju dan ingin memaksa Haechan agar berbagi kesedihan, mereka berdua kan sahabat, setidaknya Jaemin bisa menghibur Haechan jika tau masalah nya apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Killer [Markhyuck Gs]✔
FanfictionRemember, life is a choice Markhyuck GS