"Haechan-ah, bagaimana kalau kita kembali ke-kediaman choi." Ajak Jaemin, pasalnya semenjak kasus kematian Choi siwon ditutup Haechan dan Jaemin tidak pernah lagi mencari tahu perkembangannya, mungkin juga karena faktor Haechan dan Mark yang akhir-akhir ini sering berselisih dan kalian juga pasti tau jika hubungan mereka telah berakhir bukan. Sudah beberapa hari wajah Haechan selalu terlihat kusut, bahkan Haechan terlihat lebih pendiam dan Jaemin tidak suka.
Haechan si cerewet seantero sekolah mendadak menjadi pendiam, itu sebuah keajaiban. Tapi Jaemin tidak menyukai nya.
Teman berisik nya, teman gosipnya, dan teman gilanya mendadak diam, itu tidak bisa dipercaya.
"Kasusnya sudah ditutup Na."
"Hey, sejak kapan seorang Kim Haechan menyerah seperti ini." Seru Jaemin.
"Lebih baik kalian berdua gunakan waktu berharga ini untuk berkencan."Haechan menaik turunkan alisnya, sambil tersenyum jahil.
Lihatlah, perubahan ekspresi yang sangat menakjubkan.
"Dasar anak nakal."
Tuk.
"Aww, yak Lee Jeno, kau pikir ini tidak sakit apa." Erang Haechan dengan tidak terima, sambil mengelus kepalanya yang dipukul oleh Jeno.
"Na, marahi kekasih mu itu. Dia menyebalkan." Haechan, mengadu sambil merenggut kesal. Dan Jaemin hanya tersenyum kikuk.
"Kau lihat Na, sepertinya bocah nakal ini sudah baikkan, jadi mari berkencan." Jeno menggenggam tangan Jaemin lalu tersenyum, dan menoleh kearah Haechan.
"Lagipula setelah putus dari Mark, bukankah dia sudah memiliki cadangan." Goda Jeno.
Heol, apa yang dikatakan oleh anjing Samoyed itu, cadangan!! dia pikir Haechan wanita murahan apa yang setiap putus sedia cadangan. Lagipula perasaan nya pada Mark kan belum menghilang.
"Oh shit." Jeno mengumpat dan mengerang kesakitan karena masa depannya ditendang oleh beruang madu macam Haechan, dan demi apapun rasanya sakit Jeno berani bertaruh, ini yang ketiga kalinya Haechan menendang aset berharganya, dan dapat Jeno pastikan bahwa besok dia tidak akan bisa berjalan dengan baik. Ayolah sepertinya Jeno sangat berlebihan untuk seukuran namja berotot macam dia.
"Rasakan itu."
Setelah menendang aset berharga milik Jeno dengan keras Haechan melangkah pergi tidak peduli jika nenek sihir nya akan marah, biarkan saja agar kencan mereka gagal. Sudah baik Haechan memberikan waktu untuk mereka berkencan, kalau tidak sudah Haechan pastikan bahwa dia akan menggondol Jaemin untuk bermain di Lotte World seharian tanpa mengajak si Jeno Lee garing itu.
Menarik nafas lalu membalikkan badannya. "Cepatlah berkencan, sebelum kuculik nenek Sihir mu. Karena hari ini aku hanya memiliki jadwal untuk tidur saja." Teriak Haechan.
Sedangkan Jaemin melotot tidak percaya, dasar! sepertinya Jaemin menyesal mengatakan merasa kasian dengan Haechan yang terus diam, lihatlah saat berbicara dan bertindak dia akan beribu-ribu kali menyebalkan.
"Yakk dasar kau beruang madu yang sedang berhibernasi." Teriak Jaemin.
"Sayang, kau tidak apa-apa kan." Tanya Jaemin dengan nada khawatir, pasti sangat menyakitkan mengingat itu adalah salah satu kelemahan lelaki.
Jeno menggeleng sambil menahan ngilu. jika laki-laki lainpun yang berada diposisi Jeno pasti akan sama menyakitkan nya. 'Dasar wanita bar-bar.' batin Jeno.
"Oh yaampun, masa depan nana." Seru Jaemin, dengan dramatis.
Memasuki rumah dengan lunglai, Haechan mengedarkan pandangan nya, mengerutkan dahinya kenapa sepi sekali apa ayahnya belum pulang. Mencoba menghiraukan semuanya Haechan menaikki tangga dan berencana untuk mandi lalu tidur, lagipula hari ini Haechan tidak memiliki rencana apapun.
Setelah hubungan nya dengan Mark berakhir, Haechan seperti tidak memiliki semangat hidup lagi.
Tapi saat dipikir lagi bukankah tidak akan merubah keadaan sekalipun meski Haechan menangis, meraung sekalipun. "Oke Haechan lupakan Mark, lupakan Mark." Batinnya.
"Aaaa tidak bisa."
"Kenapa Mark selalu ada dikepala kecil ini."
"Ya Tuhan, musnahkan Mark sekarang juga." Rancaunya terus-menerus, menyenderkan kepalanya pada penyangga tangga, Haechan menekuk kembali wajahnya. Ah sangat menyebalkan, Haechan yang mengakhiri hubungannya dan Haechan pula yang merasa prustasi.
Haechan sedang berpikir apakah Mark merasakan apa yang Haechan rasakan juga. Rasanya Kepala Haechan akan pecah jika terus berdebat dengan pikiran nya. Sudah jelas jika Mark tidak akan se prustasi Haechan mengingat dia memiliki Renjun.
Jika mengingat kembali tentang hal itu, Haechan jadi bertanya-tanya sebenarnya apa alasan Mark menjadikan Haechan sebagai kekasih nya, maksudnya bukankah pasti ada tujuan dibalik semua yang Mark lakukan. Apa Haechan harus mencari taunya? Atau melupakannya saja!!.
"Oh yaampun siapa sebenarnya Mark, bisa-bisa aku mati muda." Haechan menegakkan kembali tubuhnya dan akan kembali berjalan agar cepat sampai kekamar nya.
"Kau ingin tau siapa Mark sebenarnya."
Haechan menghentikan langkahnya, berpikir sejenak, dari mana asal suara itu bukannya daritadi Haechan sendirisendiri, bahkan itu bukan suara ayahnya. Membalikkan tubuhnya Haechan mengerutkan dahinya.
"Paman." Gumamnya.
"Hai, Haechan apa kabar." Ucap orang itu dengan berjalan melangkah dengan angkuhnya, mendekati Haechan lalu berdiri berhadapan tepat dengan Haechan.
Haechan diam tak bergeming, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh orang yang dia sebut paman itu.
"Paman tidak akan basa-basi, Haechan."
"Bawa peti itu kemari."teriak orang itu.
Haechan mengerutkan dahinya bertanya-tanya, 'peti'.batinnya. Kenapa orang didepannya membahas peti, dan apa tadi katanya dia menyuruh membawakan peti, pertanyaan Haechan hanya satu, untuk apa?
Lalu tidak lama munculah beberapa orang berbadan besar, dengan dua orang diantaranya seperti sedang menyeret sesuatu, oh.itu sebuah peti, Haechan menyipitkan matanya berusaha melihat apa yang mereka simpan didalam peti itu.
Namun saat peti itu dibuka, Raut wajah Haechan berubah menjadi pucat pasi, keringat mulai bercucuran, tubuhnya menegang, tumpuan kakinya seperti jelly, dan tatapan Haechan menjadi kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Killer [Markhyuck Gs]✔
FanfictionRemember, life is a choice Markhyuck GS